Selegilin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Selegilin adalah penghambat monoamin oksidase-β (MAO-β) secara ireversibel yang digunakan sebagai terapi tambahan bersama levodopa ataupun sendiri pada penyakit Parkinson tahap lanjut untuk meringankan fenomena wearing off.[1][2]

Mekanisme kerja[sunting | sunting sumber]

Selegilin menghambat deaminasi dopamin sehingga kadar dopamin di ujung saraf dopaminergik lebih tinggi. Berdasarkan pengaruh metabolitnya, metamfetamin dan amfetamin menghambat ambilan dopamin dan meningkatkan penglepasan dopamin.[2] Selegilin memblok pemecahan dopamin dan dapat memperpanjang lama kerja levodopa sampai 1 jam, sehingga dosis levodopa dapat dikurangi menjadi separuh. Penelitian yang mengevaluasi sifat neuroprotektif, membuktikan bahwa selegilin dapat menunda kebutuhan terhadap levodopa selama 9 bulan dan mempunyai efek yang bersifat simptomatik.[3]

Efek terapi[sunting | sunting sumber]

Pada pasien penyakit Parkinson tingkat lanjut, penambahan selegilin pada levodopa meringankan fenomena wearing off. Penambahan selegilin memungkinkan pengurangan dosis levodopa 10-30%. Dengan begitu, efek samping levodopa berkurang. Pemberian selegilin tunggal pada awal penyakit menghambat progresivitas penyakit Parkinson sehingga menunda keperluan pengobatan dengan levodopa.[2]

Efek samping[sunting | sunting sumber]

Pada pasien penyakit Parkinson tingkat lanjut, dosis normal yaitu 10 mg/hari terterima dengan baik. Namun, dapat juga terjadi beberapa efek samping bila melebihi dosis yaitu hipotensi, mual, kebingungan, psikosis, insomnia, aritmia, angina, hipertensi. Tekanan darah dapat meningkat secara tiba-tiba jika selegilin dengan dosis tinggi dikonsumsi bersama dengan makanan tinggi tiramin (terutama hasil fermentasi), minuman beralkohol, minuman atau makanan berkafein.[2]

Selegilin juga dapat memperburuk tukak lambung, menyebabkan mulut kering, pusing, pingsan ketika bangun dari duduk/tidur.[3]

Interaksi obat[sunting | sunting sumber]

Selegilin dapat berinteraksi dengan obat lainnya sehingga menghasilkan efek yang berbahaya apabila digunakan bersama obat tertentu atau dosis yang berlebih, seperti :

Analgesik[sunting | sunting sumber]

Saat selegilin diberikan bersamaan dengan petidin, dapat terjadi hiperpireksia dan toksisitas SSP.[3]

Antidepresan[sunting | sunting sumber]

Dapat terjadi risiko sindroma serotonin jika selegilin diberikan bersama dengan sitalopram (terutama jika dosis selegilin >10 mg/hari). Peningkatan eksitasi SSP jika diberikan bersama fluoksetin, fluvoksamin/venlafaksin, paroksetin/sertralin. Peningkatan efek hipotensi bila diberi bersamaan dengan penghambat MAO.[3]

Simpatomimetik[sunting | sunting sumber]

Risiko krisis hipertensi jika selegilin diberikan bersama dengan dopamin.[3]

Penyimpanan[sunting | sunting sumber]

  • Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
  • Simpan ditempat yang terlindung dari api atau cahaya.
  • Jangan disimpan di tempat panas atau lembab karena dapat menyebabkan obat rusak.
  • Sisa obat yang sudah kadaluarsa segera dibuang.[3]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "4.9.1 Dopaminergik | PIO Nas". pionas.pom.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-23. Diakses tanggal 2020-08-24. 
  2. ^ a b c d Gan, Sulistia (2016). Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: FKUI. hlm. 211. ISBN 9789791610414. 
  3. ^ a b c d e f Adnyana, I Ketut (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta Barat: PT. ISFI. hlm. 551–559. ISBN 9789791851411.