Onychophora

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Onychophora

Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanAnimalia
SuperfilumEcdysozoa
FilumOnychophora
Grube, 1853
Subdivisi
Sole class: Udeonychophora[1]
Distribusi

Cacing beludru (Onychophora — secara harfiah "pembawa cakar") atau peripatus adalah filum ecdysozoa yang beranggotakan sekitar 200 spesies. Organisme bersegmentasi[2] ini memiliki kulit halus (sesuai sebutannya), mata kecil, antena, beberapa pasang kaki mirip tonjolan, dan kelenjar lendir pada kepalanya.[3] Penampilan hewan ini sering kali dibandingkan dengan cacing berkaki, ulat, atau siput.[4] Cacing beludru merupakan predator yang memangsa hewan kecil, misalnya serangga. Mereka mampu menyemprotkan sejenis lendir atau mukus yang sangat lengket untuk menjerat mangsa. Dalam zoologi modern, mereka dikenal karena perilaku kawin dan reproduksinya yang unik.

Onychophora memiliki kekerabatan dekat dengan Tardigrada dan Artropoda; ketiganya membentuk sebuah klad bernama Panarthropoda. Namun, beberapa ahli masih tidak yakin dengan pengelompokan ini. Cacing beludru terbagi menjadi dua famili; Peripatidae dan Peripatopsidae. Spesies dalam famili Peripatidae umum ditemukan di daerah tropis dan khatulistiwa, sedangkan semua anggota Peripatopsidae hidup di belahan bumi selatan. Uniknya, tidak ada cacing beludru yang hidup di air. Hal ini menjadikannya sebagai satu-satunya filum hewan tanpa spesies akuatik.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Poinar, George (Winter 2000). "Fossil Onychophorans from Dominican and Baltic Amber: Tertiapatus dominicanus n.g., n.sp. (Tertiapatidae n. fam.) and Succinipatopsis balticus n.g., n.sp. (Succinipatopsidae n. fam.) with a Proposed Classification of the Subphylum Onychophora". Invertebrate Biology. 119 (1): 104–9. doi:10.1111/j.1744-7410.2000.tb00178.x. JSTOR 3227105. 
  2. ^ Holm, E.; Dippenaar-Schoeman, A. (2010). The Arthropods of Southern Africa. ISBN 978-0-7993-4689-3. [halaman dibutuhkan]
  3. ^ Prothero, D. R.; Buell, C. D. (2007). Evolution: What the Fossils Say and Why It Matters. New York: Columbia University Press. hlm. 193. ISBN 0-231-13962-4. 
  4. ^ Ruppert, E. E.; Fox, R. S.; Barnes, R. D. (2004). Invertebrate Zoology: A Functional Evolutionary Approach (edisi ke-7th). Belmont: Thomson-Brooks / Cole. hlm. 505. ISBN 978-0-03-025982-1. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]