Berjalan jongkok

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Berjalan jongkok (bahasa Jawa mlaku ndhodhok atau laku ndhodhok; Cacarakan ꦩ꧀ꦭꦏꦸꦣꦺꦴꦢꦺꦴꦏ꧀) adalah cara berjalan dengan posisi jongkok untuk memperlihatkan rasa hormat dalam kebudayaan Jawa.[1][2] Jalan jongkok dilakukan oleh seseorang yang dianggap lebih rendah derajatnya di hadapan orang yang dianggap lebih tinggi derajatnya. Abdi dalem di setiap keraton maupun puro di Jawa masih melakukan tradisi ini.[3]

Budaya populer[sunting | sunting sumber]

  • Beberapa adegan dalam film Kartini menggambarkan budaya laku ndhodhok. Misalnya, Kartini harus berjalan jongkok ketika hendak menghadap ayahnya.[4]
  • Beberapa adegan dalam film Bumi Manusia menggambarkan budaya laku ndhodhok. Misalnya, Minke disuruh berjalan jongkok ketika memasuki pendapa.[5]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Fatkhul-nonaktif. Nastiti, Pamuji Tri, ed. "KRATON WEDDING: Mau Jadi Mantu Sultan? Nyantri Dulu". Bisnis.com. Diakses tanggal 2019-11-23. 
  2. ^ "Demi Merapi, Pengganti Mbah Maridjan Jalan Jongkok Dua Minggu". Tempo.co. 2011-04-04. Diakses tanggal 2019-11-23. 
  3. ^ Wijaya, Yana Gabriella. Cahya, Kahfi Dirga, ed. "Tradisi Minum Teh di Praja Mangkunegaran yang Penuh Makna". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-11-23. 
  4. ^ "Review: Four perspectives on Hanung Bramantyo's Kartini". Inside Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-23. 
  5. ^ "Bumi Manusia Rasa Milenial". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-11-23.