Tradisi Manjalang Ka Rumah Gadang Mande Rubiah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Prosesi Manjalang Ka Rumah Gadang Mande Rubiah

Tradisi manjalang (menjelang) atau istilah di daerah tersebut nyalang adalah prosesi adat bercampur agama yang telah mentradisi di Nagari Lunang. Prosesi adat tersebut seperti menyambut hari raya Idul Fitri yang dilangsungkan di Rumah Gadang Mandeh Rubiah. Manjalang diartikan dengan mengunjungi rumah gadang Mandeh Rubiah dalam rangka silaturahmi (halal bi halal atau bermaaf-maafan) antar seluruh unsur masyarakat, mulai dari unsur adat, alim ulama dan masyarakat dengan Mandeh Rubiah.[1]

Latar Belakang Tradisi[sunting | sunting sumber]

Bagi masyarakat Lunang kehidupan sehari-hari mereka tidak terlepas dari rumah gadang Mande Rubiah itu sendiri, seperti penyelenggaraan adat dan agama tetap berhubungan dengan rumah gadang tersebut. Bahkan kehidupan di rumah gadang Mande Rubiah adalah pusat dari kehidupan yang ada di dalam nagari. Untuk itu, kegiatan masyarakat tidak terlepas dari rumah gadang, seperti penyelenggaraan Shalat Tarawih empat malam di rumah gadang tersebut, takbiran Idul Fitri, Maulid Nabi pada hari kedua setelah Maulid Nabi di mesjid nagari, rapat nagari, upacara perkawinan, dan sebagainya.[2]

Itu pula sebabnya, poros adat Lunang lebih mengarah pada kekuasaan adat rumah gadang Mande Rubiah, sehingga keputusan rumah gadang lebih kuat dari keputusan nagari. Seperti halnya, setiap tahun pada hari kedua setelah hari raya Idul Fitri di Lunang berlangsung rapat nagari di rumah gadang Mande Rubiah. Keputusan diambil oleh para ninik mamak, penghulu, alim ulama, orang tua dan tokoh masyarakat. Kemudian hasil keputusan tersebut disampaikan kepada Mande Rubiah untuk disahkan.

Rumah Gadang Mande Rubiah yang menjadi sakral dan dianggap keramat, tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan yang ada di Lunang maupun daerah luar sekitarnya. Rumah gadang dikenal sebagai tempat tua yang menjadi pelindung bagi masyarakat. Maksudnya rumah gadang adalah tempat yang agung dan berkah bagi orang yang menghormatinya. Kepercayaan ini merupakan suatu bentuk semangat kepercayaan lama yang tidak hilang dimakan zaman, walaupun jumlahnya tidak dapat diperkirakan. Pengikut kepercayaan ini menganggap tidak melanggar norma-norma agama yang telah ada karena berbagai bentuk tradisi ini menuntun mereka dan tidak terlepas dari cara mereka melaksanakan ibadah agama. Hanya saja pelaksanaannya bisa dilakukan rumah gadang, mengingat rumah gadang juga difungsikan sebagai tempat ibadah agama. Jadi maksudnya rumah gadang selain sebagai rumah adat tempat yang sakral, juga merupakan rumah ibadah.[3]

Pengaruh Aliran Syatariah[sunting | sunting sumber]

Tradisi manjalang rumah gadang Mande Rubiah sendiri tidak terlepas dari pengaruh Aliran Syatariah yang berkembang di daerah Lunang, bahkan Mande Rubiah sendiri serta keturunannnya pengikut dari aliran syatariah itu sendiri.

Makna Tradisi[sunting | sunting sumber]

Sebagai ungkapan rasa hormat masyarakat Lunang kepada pewaris rumah gadang yang telah mentradisi dari dahulu hingga sekarang maka dilangsungkan setiap tahunnya upacara manjalang atau mengunjungi rumah gadang. Tradisi itu ampai saat ini terus dilaksanakan. Proses adat manjalang rumah gadang Mandeh Rubiah ini cukup menarik ribuan pasang mata masyarakat, menyaksikan prosesi manjalang rumah gadang Mandeh Rubiah yang ada di sepanjang jalan dilalui arak-arakan.[1]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Admin, Web (2020-03-26). "KAJIAN TRADISI MANJALANG RUMAH GADANG MANDE RUBIAH". Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-12-21. 
  2. ^ Suaramitra, Admin (2023-04-25). "Prosesi Manjalang Rumah Gadang Mandeh Rubiah Tahun 2023". Suara Mitra. Diakses tanggal 2023-12-27. 
  3. ^ Admin, Web (2020-03-26). "KAJIAN TRADISI MANJALANG RUMAH GADANG MANDE RUBIAH". Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat.