Prasasti Batutulis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Prasasti Batutulis
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Cagar budaya Indonesia
PeringkatNasional
KategoriBenda
Lokasi
keberadaan
Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat
Koordinat6°37′25″S 106°48′33″E / 6.6236°S 106.8091°E / -6.6236; 106.8091Koordinat: 6°37′25″S 106°48′33″E / 6.6236°S 106.8091°E / -6.6236; 106.8091
Prasasti Batutulis di Kota Bogor
Prasasti Batutulis
Prasasti Batutulis

Prasasti Batutulis (Aksara Sunda Baku: ᮕᮢᮞᮞ᮪ᮒᮤ ᮘᮒᮥᮒᮥᮜᮤᮞ᮪) terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.[1] Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa Sunda Kuno dengan aksara jawa kuno/Kawi. Prasasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi).

Selain prasasti itu sendiri, terdapat batu berukirkan tapak kaki tepat di depan sisi muka batu prasasti.

Tanda tapak kaki di depan muka prasasti

Isi Prasasti[sunting | sunting sumber]

Upaya penerjemahan dan pemahaman tulisan pada Prasasti Batutulis ini telah beberapa kali dilakukan.[a]

Berikut adalah kutipan terjemahan yang dilakukan Gunawan dan Griffiths dengan berdasar pada studi foto atas kertas tempel (abklatsch) faksimile yang terdapat di koleksi EFEO Paris.

Faksimile tulisan di Prasasti Batutulis

(1) Ø Ø vaṁ(ṅ) a‹m›(p)un· I(n)i sakakala, pr(ə)bu ratu pura:na pun·, ḍivas·tu
(2) ḍyi, viṅaran· prəbu guru ḍe(va)ta p(ra)n· ḍivas·tu ḍyə ḍiṅaran· sri
(3) baduga maharaja, ratu ha(j)i ḍi pakvan· pajajaran· sri sa‹ṁ› ratu ḍe-
(4) vata pun· ya nu ñusuk· na pakvan· ḍyə Anak· rahyi‹ṁ› ḍeva nis·-
(5) kala, sa‹ṁ› siḍa mok(·)ta ḍi gunuṁ tiga, qə‹ñ›cu rahyiṁ (n)is·kala vas·tu
(6) ka‹ñ›ca:na, saṁ siḍa mok·ta ka nusa laraṁ, ya syi nu (ñ)yin· sakaka-
(7) la, gugun(uṅ)an·, (ṅa)balay·,, ñyin· samiḍa, ñyin· saṁ hyi‹ṁ› talaga [va-]
(8) R̥na mahavijaya, ya syi pun·,, ØØ I saka, pañca pan·ḍa-
(9) va ṅ(ə)‹m›ban· bumi Ø Ø

(1) Aum, ampuni (segala kesalahan). Inilah tanda (tugu) untuk mengenang Sang Prabu Raja yang lalu, yang (dirinya) dinobatkan
(2) di sini yang dikenali dengan Prabu Guru Dewata (dan juga) dinobatkan di sini yang dikenali dengan Sri
(3) Baduga Maharaja, raja dari segala raja di Pakwan Pajajaran, Sri Sang Ratu De-
(4) wata. Dirinyalah yang memberi batas Pakwan di sini (sebagai) anak dari Rahyang Dewa Nis-
(5) kala, yang telah lenyap (moksa?) di Gunung Tiga; cucu dari Rahyang Niskala Wastu
(6) Kancana, yang telah lenyap (moksa?) ke Nusa Larang. Dia, yang satu itulah, yang membuat tugu peringatan
(7) gunungan (yang dibuat), membuat dengan bebatuan (balay), membuat tempat upacara (samiḍa), membuat Telaga
(8) Warna yang maha suci. Sungguhlah jaya dia! Pada tahun ini: lima Pandawa
(9) menjaga bumi[b]

[5]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Misalnya di antaranya pada Gunawan dan Griffiths 2021[2], ulasan Djafar 2011[3], dan Danasasmita 2006[4].
  2. ^ Ungkapan "lima Pandawa menjaga bumi" dimengerti sebagai sengkala dan dimengerti sebagai 5 5 4 1 yang berarti 1145 tahun Saka (sekitar 1533 tahun Masehi)

Sumber[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Indonesian palaeography: a history of writing in, Volume 4, Issue 1 By J. G. de Casparis
  2. ^ Gunawan, Aditia; Griffiths, Arlo (2021). "Old Sundanese Inscriptions: Renewing the Philological Approach*". Archipel. 101. doi:10.4000/archipel.2365. 
  3. ^ Djafar, Hasan (2011). "Prasasti Batu Tulis Bogor". Amerta. 29 (1). 
  4. ^ Danasasmita, Saleh (2006). "Mencari Gerbang Pakuan". Mencari Gerbang Pakuan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda. Seri Sundalana. V. Bandung: Yayasan Pusat Studi Sunda. hlm. 11–41. 
  5. ^ Gunawan, Aditia; Griffiths, Arlo (2021). "Old Sundanese Inscriptions: Renewing the Philological Approach*". Archipel. 101. doi:10.4000/archipel.2365. 

Referensi[sunting | sunting sumber]

  • Saléh Danasasmita. 2003. Nyukcruk sajarah Pakuan Pajajaran jeung Prabu Siliwangi. Bandung: Kiblat Buku Utama.