Museum Waspada Purbawisesa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Museum Waspada Purbawisesa di Jakarta Selatan, bagian dari Pusjarah TNI, diresmikan pada 10 November 1987 oleh Presiden Soeharto. Terletak dalam kompleks yang sama dengan Museum Satriamandala, museum ini menampilkan diorama dan pameran tentang pemberontakan DI/TII dan peran TNI serta rakyat dalam menumpasnya. Tujuannya adalah meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya ideologi pemberontakan dan membangkitkan tekad generasi muda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Museum Waspada Purbawisesa adalah bagian dari museum yang dikelola oleh Pusjarah TNI. Museum ini berlokasi di Jl Gatot Subroto Kav 14, Jakarta Selatan, masih satu kompleks dengan Museum Satriamandala yang juga dikelola oleh Pusjarah TNI. Museum dibangun di atas areal tanah seluas 1600 m2 dengan luas bangunan 3238 m2 diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 10 November 1987. Bangunan museum segi empat ini menyajikan berbagai peristiwa sejarah dalam bentuk visual dan pameran lainnya tentang kisah pemberontakan yang pernah dilakukan DI/ TIl serta peranan TNI dan rakyat dalam menumpas pemberontakan tersebut.

Penyajian secara visual dalam bentuk diorama dimaksudkan untuk memberikan kewaspadaan bagi masyarakat terhadap bahaya ideologi dan gerakan pemberontakan DI/TIl yang telah menimbulkan berbagai kesengsaraan dan kerugian baik harta maupun jiwa serta bencana lainnya bagı rakyat yang tak berdosa. Di samping itu sekaligus memberikan gambaran bahwa penyelewengan terhadap ideologi Pancasila dan UUD 1945 akan selalu mengalami kegagalan,

Rekaman peristiwa sejarah itu diharapkan mampu membangkitkan tekad kepada bangsa Indonesia khususnya generasi muda untuk tetap setia dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan agar penderitaan yang pernah terjadi sebagai akibat pemberontakan tidak akan pernah terulang lagi di Tanah Air Indonesia yang kita cintai.

Koleksi Diorama[sunting | sunting sumber]

  1. Perumusan akhir pembukaan UUD 1945 (18 Agustus 1945)
  2. Kaderisasi militer pengikut S.M. Kartosuwiryo (1945)
  3. Pertempuran di Antralina (25 Januari 1945)
  4. Peracunan anggota Batalyon II Sudarman /Div Siliwangi di Cijurey (17 Februari 1949)
  5. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) oleh S.M Kartosuwiryo di Cisampang (7 Agustus 1949)