Museum Matan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Keraton Saunan (Gusti Muhammad Saunan) yang dulunya Keraton kerajaan bercorak Melayu di Ketapang, Kalimantan Barat, Indonesia dan sekarang difungsikan menjadi museum.

Museum Matan atau Museum Gusti Saunan adalah museum umum yang didirikan di bekas keraton Kesultanan Matan Ketapang yang berada di jalan Pangeran Kesumajaya, desa Mulia Kerta, Benua Kayong, Ketapang, Kalimantan Barat.[1]

Selain disebut sebagai museum, bangunan yang berupa istana ini juga disebut Keraton Kerajaan Matan Tanjungpura dan dulunya disebut Keraton Mulia Kerta oleh warga.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Bangunan museum merupakan bekas keraton Kesultanan Matan Ketapang yang diperkirakan dibangun pertama kali pada 1924 oleh Pangeran Perdana Menteri yang bergelar Haji Muhammad Sabran, Sultan ke-15 Kesultanan Tanjungpura, yang bertahta dari 1845-1924 M. Keraton tersebut dibuat pada masa pemerintahan sultan ke-16 Kesultanan Matan Ketapang, yaitu Panembahan Gusti Muhammad Saunan (1908-1944) dan ditempati oleh beliau pada saat berkuasa di Kerajaan Simpang – Matan.[1]

Ketika Matan-Tanjungpura berubah menjadi swapraja, Istana tersebut masih digunakan oleh Majelis Swapraja yang terdiri dari Uti Aplah bergelar Pangeran Adipati, Uti Kencana bergelar Pangeran Anom Laksmana dan Uti Halil bergelar Pangeran Mangku Negara.[3]

Kemudian, Istana ini diubah menjadi museum oleh Pemerintah Kabupaten dan selanjutnya berada dalam pengelolaan pemerintah daerah Kabupaten Ketapang.[4] Namun, saat ini status kepemilikan Keraton masih dimiliki oleh Ikatan Keluarga Besar Kerajaan Matan Tanjungpura.[5]

Bangunan[sunting | sunting sumber]

Keraton Kerajaan Matan terletak di Mulia Kerta, Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat

Arsitektur bangunan museum menggunakan gaya arsitektur Eropa, khususnya Belanda, karena beliau pernah tinggal dan belajar di negara tersebut. Bangunan tersebut telah mengalami beberapa kali perombakan dengan bahan dasar pembuatan bangunannya adalah kayu ulin.[1]

Bangunan memiliki arsitektur panggung yang terdiri dari bagian kaki, badan dan atap. Adapun luas bangunan adalah 714 m2 dan penyangga bangunan berupa tiang kayu ulin, sedangkan pada bagian badan terdiri dari balai pertemuan, kantor tempat kerja sultan, dan tiga kamar yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal sultan. Selain itu pada sisi sebelah barat daya terdapat menara yang dulu adalah tempat penjaga. Bagian Atap berbentuk pelana dan pada bumbungan atap bagian depan istana terdapat mahkota kerajaan yang berukir. Sedangkan di halaman depan istana terdapat sebuah menara yang dulunya adalah pos penjagaan istana.[1]

Koleksi[sunting | sunting sumber]

Jenis koleksinya meliputi numismatika, historika, heraldika, dan etnografika. Koleksi utamanya adalah singgasana sultan dan permaisurinya, foto sultan dan keluarganya,[6] kain tenun khas kerajaan bermotif Nage belimbur, Corak Insang dan Pelangi bekubak yang berusia 200 hingga 300 tahun,[2] dan tempat tidur Panembahan Gusti Muhammad Saunan. Sedangkan koleksi lainnya adalah batik kuno, mesin jahit serta benda-benda dan peralatan-peralatan peninggalan kerajaan.[4]

Meriam Padam Pelita[sunting | sunting sumber]

Di depan istana juga terdapat 2 buah meriam bernama Meriam Padam Pelita yang merupakan senjata peninggalan kesultanan[1] dan tidak bisa dipisahkan meriam sehingga disebutnya meriam sepasang “Suami Istri”. Meriam yang berukuran lebih panjang adalah meriam laki dan sebaliknya yang berukuran pendek adalah meriam perempuan. Meriam ini dinamakan demikian karena apabila dinyalakan maka gema akan sampai ke daerah Padang Tikar, Kabupaten Kubu Raya dan Pontianak yang menyebabkan semua pelita akan padam.[7]

Meriam Padam Pelite ini, pernah dibunyikan pada penanda waktu berbuka puasa[8] dan acara festival keraton dan yang menyalakannya adalah tujuh raja dari berbagai daerah. Cara menghidupkanya melewati beberapa ritual, seperti permisi dengan penunggu meriam dan membawa garam sendawe obat penawar senapan lantak. Selain itu, meriam ini juga dipercayai masyarakat sebagai tempat bernazar yang dilakukan dengan membawa kain kuning, beras dan ayam kampung.[7]

Komplek makam Raja Kesultanan Matan[sunting | sunting sumber]

Di sebelah tenggara bangunan museum terdapat Komplek Makam Raja-raja Matan dengan jarak 300 meter ke arah timur laut atau di sebelah utara Sungai Pawan. Komplek Makam ini memiliki luas 1747,09 m2 dengan panjang  80,66 meter dan lebar  21,66 meter.[9]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e BPCB Kaltim (2017-04-05). "Museum Gusti Saunan (Bekas Keraton Kerajaan Matan Ketapang)". Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Timur. Diakses tanggal 2024-05-25. 
  2. ^ a b Mundzirin, Achmad (2016-08-09). "Kerajaan Tertua di Kalbar yang Penuh Pesona". eQuator.co.id. Diakses tanggal 2024-05-26. 
  3. ^ Handoko, Rudy; Novianti, Nenden (2009-03-19). "Nasib Istana Panembahan Matan". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2024-05-26. 
  4. ^ a b Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid II (PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 296. ISBN 978-979-8250-67-5. 
  5. ^ Novriansyah, Royvi (2022-08-08). "Keraton Matan Kalimantan Barat, Warisan Budaya Yang Seolah Terlupakan". Inews. Diakses tanggal 2024-05-26. 
  6. ^ Maria, Bella (2023-12-08). "Mengenal Keraton Gusti Muhammad Saunan, Warisan Budaya dan Pariwisata Ketapang". Suara. Diakses tanggal 2024-05-25. 
  7. ^ a b News, Ketapang (2017-01-07). "Menyibak Misteri Meriam "Padam Pelite" di Keraton Kerajaan Matan". Portal Berita Ketapang. Diakses tanggal 2024-05-26. 
  8. ^ Agustiandi (2022-04-25). "Dentuman Meriam Padam Pelite Tandai Waktu Buka Puasa Bersama IKKRAMAT". Suara Ketapang. Diakses tanggal 2024-05-26. 
  9. ^ BPCB Kaltim (2017-04-05). "Komplek Makam Raja - Raja Matan". Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Timur. Diakses tanggal 2024-05-26.