Multiple Autoimmune Syndrome (MAS)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Multiple Autoimmune Syndrome (MAS) adalah kondisi yang melibatkan tiga atau lebih penyakit autoimun pada satu individu, yang dapat melibatkan sistem organ yang berbeda atau penyakit autoimun yang berkaitan satu sama lain.[1][2][3][4] Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh salah mengenali sel-sel tubuh sendiri sebagai antigen asing dan menyerang sel-sel tersebut. Multiple Autoimmune Syndrome merupakan kondisi yang relatif langka dan kompleks, dengan berbagai gejala dan tingkat keparahan yang bervariasi.

Etiologi[sunting | sunting sumber]

Meski penyebab pasti MAS belum diketahui, diduga disebabkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Riwayat penyakit autoimun dalam keluarga meningkatkan risiko terkena. Beberapa faktor risiko genetik yang teridentifikasi adalah variasi genetik pada sistem kekebalan tubuh.[5] Sementara faktor lingkungan meliputi infeksi virus, defisiensi vitamin D, dan merokok. Interaksi antara faktor genetik dan lingkungan diduga memicu respon autoimun yang menyerang sel myelin di sistem saraf pusat pada MAS. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme pasti di balik etiologi MAS.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

MAS dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama:

  1. Multiple Autoimmune Syndrome Tipe 1 (MAS-1), MAS-1 melibatkan kombinasi dari penyakit autoimun yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, seperti myasthenia gravis, lupus eritematosus sistemik (SLE), thymoma, polymyositis, dan giant cell myocarditis, dan tiroiditis autoimun.[6][7]
  2. Multiple Autoimmune Syndrome Tipe 2 (MAS-2), MAS-2 melibatkan kombinasi dari penyakit autoimun yang tidak terkait dengan sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes tipe 1, penyakit Addison, Sjögren's syndrome, rheumatoid arthritis, primary biliary cirrhosis, scleroderma, dan penyakit tiroid autoimun.[8]
  3. Multiple Autoimmune Syndrome Tipe 3 (MAS-3), Kombinasi penyakit autoimun yang tidak termasuk dalam Tipe 1 atau Tipe 2.

Gejala[sunting | sunting sumber]

Gejala MAS sangat bervariasi dan bergantung pada jenis penyakit autoimun yang terlibat. Beberapa gejala umum yang mungkin terjadi meliputi: Kelelahan kronis[9], Demam[10], Nyeri persendian[11], Ruam kulit[12], Gangguan pencernaan[13], Penurunan berat badan, Masalah tiroid[14], Gangguan sistem saraf[15]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Perawatan MAS bertujuan untuk mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pendekatan perawatan biasanya melibatkan kombinasi dari terapi farmakologis dan non-farmakologis, seperti:

  1. Obat-obatan untuk mengendalikan gejala spesifik dari masing-masing penyakit autoimun.
  2. Terapi imunosupresif untuk menekan respons kekebalan tubuh yang berlebihan.[16]
  3. Terapi biologis untuk mengendalikan sitokin dan molekul yang terlibat dalam proses autoimun.[17]
  4. Pengobatan gejala seperti obat anti-inflamasi dan analgesik.
  5. Modifikasi gaya hidup, seperti diet sehat, olahraga teratur, dan manajemen stres.
  6. Konsultasi dengan ahli gizi dan psikolog untuk mendukung kesehatan fisik dan mental.[18]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Cojocaru, M; Cojocaru, I. M; Silosi, I (2010). "Multiple autoimmune syndrome". Maedica. 5 (2): 132–134. ISSN 1841-9038. 
  2. ^ Grandhe, N. P.; Dogra, S.; Kanwar, Aj (2005-01-26). "Multiple autoimmune syndrome in a patient with pemphigus vulgaris". Acta Dermato-Venereologica (dalam bahasa Inggris). 85 (1): 91–92. doi:10.1080/000155550410021691. ISSN 1651-2057. 
  3. ^ Harpreet, Singh; Deepak, Jain; Kiran, B. (2016-12-30). "Multiple autoimmune syndrome with celiac disease". Reumatologia (dalam bahasa english). 54 (6): 326–329. doi:10.5114/reum.2016.64911. ISSN 0034-6233. PMC 5241371alt=Dapat diakses gratis. PMID 28115785. 
  4. ^ Triansyah, Fandi; Raveinal, Raveinal (2020-01-13). "Multiple Autoimmune Syndrome pada Pasien Erupsi Obat Alergi akibat Obat Antituberkulosis dengan Hyper IgE". Jurnal Kesehatan Andalas. 8 (4). doi:10.25077/jka.v8i4.1113. ISSN 2615-1138. 
  5. ^ Lee, Sul Hee; Kim, Ye Seul; Kim, Hyun Ju; Park, Young Lip (2017-12-01). "Psoriasis, Vitiligo and Crohn's Disease Co-Existing in a Single Patient: A Variant Type of Multiple Autoimmune Syndrome?". Annals of Dermatology (dalam bahasa English). 29 (6): 782–785. doi:10.5021/ad.2017.29.6.782. ISSN 1013-9087. PMC 5705363alt=Dapat diakses gratis. PMID 29200770. 
  6. ^ Anaya, J. M; Castiblanco, J; Rojas-Villarraga, A; Pineda-Tamayo, R (2012). "The multiple autoimmune syndromes. A clue for the autoimmune tautology". Clinical reviews in allergy & immunology. 43 (3): 256–272. doi:10.1007/s12016-012-8332-9. ISSN 1080-0549. 
  7. ^ Cojocaru, M.; Cojocaru, Inimioara Mihaela; Silosi, Isabela (2010-04). "Multiple autoimmune syndrome". Maedica. 5 (2): 132–134. ISSN 2069-6116. PMC 3150011alt=Dapat diakses gratis. PMID 21977137. 
  8. ^ Sumartini Dewi; Yusuf, Tasya Aniza; Fahrizal Yanuar (2021-08-10). "Idiopathic CD4+ Lymphocytopenia in Overlap Syndrome (Systemic Sclerosis with Dermatopolimyositis)". Indonesian Journal of Rheumatology. 13 (1): 486–491. doi:10.37275/ijr.v13i1.165. ISSN 2581-1142. 
  9. ^ Hadjivassiliou, M; Boscolo, S; Tongiorgi, E; Grünewald, R. A (2017). "Cerebellar ataxia as a possible organ-specific autoimmune disease". Movement Disorders. 32 (8): 1116–1123. doi:10.1002/mds.27092. ISSN 0885-3185. 
  10. ^ Kivity, S; Agmon-Levin, N; Zandman-Goddard, G; Chapman, J; Shoenfeld, Y (2012). "Interrelating vitamin D, gene polymorphisms, autoimmunity and cancer". Cancers. 4 (3): 685–703. doi:10.3390/cancers4030685. ISSN 2072-6694. 
  11. ^ Firestein, Gary S.; McInnes, Iain B. (2017-02). "Immunopathogenesis of Rheumatoid Arthritis". Immunity (dalam bahasa Inggris). 46 (2): 183–196. doi:10.1016/j.immuni.2017.02.006. 
  12. ^ Goncalves, R.S; Fernandes, N.C (2018). "Autoimmune skin diseases in autoimmune rheumatic diseases". Autoimmunity Reviews. 17 (8): 743–753. doi:10.1016/j.autrev.2018.01.013. ISSN 1568-9972. 
  13. ^ Nunes, A.F; Barros, L.A; Almeida, L (2019). "Autoimmune gastrointestinal diseases: a review of their manifestations and pathogenesis". Irish Journal of Medical Science. 188 (1): 1–13. doi:10.1007/s11845-018-1833-1. ISSN 1863-4362. 
  14. ^ Antonelli, Alessandro; Ferrari, Silvia Martina; Corrado, Alda; Di Domenicantonio, Andrea; Fallahi, Poupak (2015-02). "Autoimmune thyroid disorders". Autoimmunity Reviews (dalam bahasa Inggris). 14 (2): 174–180. doi:10.1016/j.autrev.2014.10.016. 
  15. ^ Corti, Olga; Blomgren, Klas; Poletti, Angelo; Beart, Philip M. (2020-08). "Autophagy in neurodegeneration: New insights underpinning therapy for neurological diseases". Journal of Neurochemistry (dalam bahasa Inggris). 154 (4): 354–371. doi:10.1111/jnc.15002. ISSN 0022-3042. 
  16. ^ Casciola-Rosen, L; Rosen, A (1997). "Autoantigens as substrates for apoptotic proteases: implications for the pathogenesis of systemic autoimmune disease". Cell Death & Differentiation. 4 (1): 20–26. doi:10.1038/sj.cdd.4400193. ISSN 1350-9047. 
  17. ^ Smolen, Josef S; Aletaha, Daniel; McInnes, Iain B (2016-10). "Rheumatoid arthritis". The Lancet (dalam bahasa Inggris). 388 (10055): 2023–2038. doi:10.1016/S0140-6736(16)30173-8. 
  18. ^ Smolen, Josef S; Aletaha, Daniel; Koeller, Marcus; Weisman, Michael H; Emery, Paul (2007-12). "New therapies for treatment of rheumatoid arthritis". The Lancet (dalam bahasa Inggris). 370 (9602): 1861–1874. doi:10.1016/S0140-6736(07)60784-3.