Koko Cici Jakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Koko Cici Jakarta 2016 di Museum Hakka, Taman Budaya Tionghoa

Koko Cici Jakarta adalah wujud dari minat besar generasi muda untuk menghidupkan kembali kekayaan seni dan budaya khas dari masyarakat Tionghoa, sebagai salah satu daya tarik wisata Indonesia, khususnya Kota Jakarta. Sebagai duta budaya, Koko Cici Jakarta harus menjadi contoh dan pedoman bagi masyarakat terutama generasi muda dalam menghidupkan dan melestarikan budaya Tionghoa di tengah masyarakat Indonesia.

Selain itu, melalui berbagai kegiatan, Koko Cici Jakarta mengajak masyarakat untuk mencintai kebudayaan Indonesia yang sangat kaya dan beraneka ragam keunikannya. Sedangkan sebagai duta pariwisata, Koko Cici Jakarta akan bersama pemerintah membangun dunia kepariwisataan yang unik, menarik, dan elegan, dimana akhirnya Kota Jakarta akan memiliki daya tarik dari bidang pariwisatanya sendiri yang tidak kalah dengan kota lain bahkan dengan negara-negara lain di dunia. Koko Cici Jakarta juga nantinya akan bertugas mendampingi Gubernur DKI Jakarta atau Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam acara-acara kebudayaan.

Pemegang gelar Koko Cici Jakarta 2021 adalah Koko Vincent Giovanni (Koko Jakarta 2021) dan Cici Nathasya Danniella D. (Cici Jakarta 2021).

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Asal Usul Koko Cici Jakarta[sunting | sunting sumber]

Koko Cici Jakarta dirintis oleh angkatan pertama yaitu Koko Cici Jakarta 2002. Pada tanggal 21 September 2002, bertepatan dengan penyelenggaraan Mooncake Festival, Koko Cici Jakarta telah dikukuhkan oleh Walikota Kota Administrasi Jakarta Barat saat itu. Kemudian, pada tahun 2006, tepatnya pada Malam Final Pemilihan Koko Cici Jakarta 2006, Gubernur DKI Jakarta, Bapak Sutiyoso mengangkat Koko Cici Jakarta ke tingkat Provinsi DKI Jakarta. Koko Cici Jakarta telah menjadi wadah yang lebih profesional dalam menghasilkan kegiatan-kegiatan yang bertemakan sosial-budaya dan juga menghimpun generasi muda Indonesia untuk memajukan pariwisata dan kekayaan budaya Indonesia.

IKOCIJAK (Ikatan Koko Cici Jakarta) setiap tahunnya mengadakan Pemilihan Koko Cici Jakarta. Kegiatan ini juga didukung oleh Pemerintah DKI Jakarta dan PSMTI sejak tahun 2002. Koko dan Cici yang terpilih nantinya akan menjadi duta pariwisata sekaligus duta kebudayaan Tionghoa untuk dilestarikan dan dikembangkan serta untuk memberikan daya tarik pariwisata khususnya Jakarta.

Adapun pendiri-pendiri Koko Cici Jakarta yang telah berjasa mewujudkan terbentuknya Koko Cici Jakarta pada tahun 2002 yakni, Bapak Brigjen TNI (Purn.) Teddy Yusuf, Suryadi, Edy Rusli, Ernawati Sugondo, dan Sarimun Hadisaputra.

Program[sunting | sunting sumber]

Pemilihan Koko Cici Jakarta[sunting | sunting sumber]

Koko Cici Jakarta sebagai wadah generasi muda yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya akan mengadakan pemilihan generasi Koko Cici Jakarta 2017, yang mana akan mencari putra putri terbaik di provinsi DKI Jakarta, yang mencintai dan mau turut serta melestarikan kebudayaan Tionghoa. Seperti diketahui, generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang sudah seharusnya melestarikan apa yang dimiliki oleh bangsa kita tercinta.

Koci Academy[sunting | sunting sumber]

Setiap manusia lahir dengan talenta dan bakat yang berbeda-beda. Beauty, brain, behaviour, dan talent merupakan kategori penilaian untuk para finalis Koko Cici Jakarta. Dibentuk pada bulan Juni 2014, Koci Academy merupakan sebuah wadah yang ditujukan untuk mengembangkan dan menyalurkan talenta yang ada pada setiap anggota Koko Cici Jakarta. Koci Academy diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk kontribusi langsung bagi anggota Koko Cici Jakarta terhadap lingkungannya.

Koci Peduli[sunting | sunting sumber]

Koci Peduli adalah sebuah sarana bagi Koko Cici Jakarta untuk melakukan kegiatan sosial. Kegiatan Koci Peduli antara lain mengadakan acara untuk menghibur anak panti asuhan, menghibur penghuni panti jompo, serta membantu korban bencana alam.

Logo Koci Talks

Koci Talks[sunting | sunting sumber]

Koci Talks adalah sebuah media bagi Koko Cici Jakarta untuk menyalurkan informasi mengenai pariwisata, budaya, dan sosial DKI Jakarta melalui channel YouTube Koko Cici Jakarta. Didirikan pada bulan Mei 2016, Koci Talks telah disaksikan oleh ribuan Sahabat Koci di seluruh Indonesia. Program dari Koci Talks antara lain gelar wicara dan vlog.

  • Koci Talkshow adalah sebuah talkshow di studio yang membahas suatu topik pariwisata, budaya, sosial, dan event Koko Cici Jakarta.
  • Koci Talks Vlog Version adalah vlog liputan oleh Koko Cici Jakarta pada suatu acara atau tempat tertentu.

Pemenang-pemenang Koko Cici Jakarta[sunting | sunting sumber]

Tahun Koko Jakarta Cici Jakarta
2002 Tommy Hiwakari Juliana
2003 Freddy Su Caroline
2004 Johan Yanti
2005 Longines Tamio Liliday
2006 Ferry Dafira Sylvia Hongo
2007 Kenny Chandra Theresia Yuanita
2008 David Kertasasmita Erni Juang
2009 Alvin Tjondro Vienna Chandra
2011 Jandi Mukianto Falentina Cotton
2012 Michael Leslie Deasy Juwita
2013 Ivanaldy Kabul Irma Janita
2015 Ferdinand Karsten Nita Christina
2016 Steven Leo N. L. Kesia Gunawan
2017 Steven Tanuwijaya T. Michelle Theodora
2018 Adam Tirta Catherine Sasmita
2019 Andreas Lumampauw Sabrina Yules
2021 Vincent Giovanni Nathasya Danniella D.

Pemenang Koko Cici Jakarta 2021[sunting | sunting sumber]

Predikat Koko Cici
Pemenang Vincent Giovanni Nathasya Danniella D.
Wakil I Setiyadi Ngadiman Christie Amanda H.
Wakil II Juan Manuel F. Nathania
Berbakat Firmand Chen Odelia Sabrina
Favorit Paul Amaze Grant Cindy Koessuryana

Acara[sunting | sunting sumber]

Salah satu keunikan dari kebudayaan Indonesia, yaitu akulturasi dari budaya lain. Misalnya budaya Tionghoa yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Hal ini tentu perlu dilestarikan serta dibanggakan oleh warga negara Indonesia. Koko Cici Jakarta sebagai duta pariwisata, duta budaya, dan duta sosial juga turut serta dalam melestarikan kebudayaan Tionghoa di Indonesia. Berikut merupakan event yang selalu diadakan oleh Koko Cici Jakarta setiap tahunnya, yaitu sebagai berikut:

Bakcang[sunting | sunting sumber]

Salah satu hari Raya kebudayaan Tionghoa adalah Backang Festival. Perayaan menyantap beras berisi daging dan sayuran yang dibungkus dengan daun ini jatuh pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Lunar.

Pada tahun 2016, Koko Cici Jakarta melaksanakan sebuah acara Bakcang Festival dengan tema“BAKCANG SHARE, We Care, We Share "yang akan dilaksanakan pada 12 Juni 2016.

Kue bulan[sunting | sunting sumber]

Hari Raya Kue Bulan atau “Zhong Qiu Jie” (atau Tiong Ciu), merupakan hari raya yang jatuh pada pertengahan musim gugur, yakni hari ke-15 bulan ke-8 dan merupakan hari raya terbesar kedua setelah Hari Raya Imlek. Tradisi ini berkembang dimana seluruh keluarga akan berkumpul untuk merayakan dengan menyantap kue bulan sambil menikmati bulan purnama. Kue Bulan atau yang biasa disebut “Tiong Ciu Pia”, berbentuk bulat dan melambangkan reuni keluarga yang erat dan tiada putusnya.

Onde[sunting | sunting sumber]

Hari Onde merupakan hari raya yang jatuh pada musim dingin. Pada festival ini, biasanya orang akan membuat kue onde dan memakannya bersama keluarga. Asal usul festival ini dapat ditelusuri kembali ke filsafat Tao ‘Ying dan Yang’ sebagai keseimbangan dan harmoni dalam alam semesta. Hari Raya Onde juga menceritakan dimana ada seorang anak yang ingin berbakti kepada orang tuanya. Onde sendiri melambangkan kesempurnaan, dimana bentuk keluarga seharusnya sempurna, bulat seperti kue onde tersebut. Perayaan ini dirayakan pada tanggal 15 bulan Lunar dengan perayaan pesta lampion dan berkumpul bersama keluarga.

Hari Raya Imlek[sunting | sunting sumber]

Hari Raya Imlek adalah hari raya terbesar dalam kebudayaan Tionghoa dan telah menjadi tradisi yang terus dilestarikan oleh masyarakat Tionghoa hingga kini. Tahun baru Imlek adalah tahun baru bagi masyarakat Tionghoa yang biasanya jatuh pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru di kalender bulan Lunar. Namun, seiring berjalannya waktu, perayaan budaya sering kali hanya dirayakan tanpa adanya pengertian yang mendalam akan makna di baliknya. Hal ini berdampak pada minimnya rasa kepedulian akan pentingnya pelestarian budaya. Oleh karena itu, pengenalan dan pemberian edukasi mengenai budaya Tionghoa yang ditampilkan dalam bentuk kesenian seperti seni musik klasik, seni tari tradisional, lagu-lagu khas perayaan Imlek dan lain sebagainya tentu akan menjadi hal yang dapat menarik perhatian masyarakat, menghibur, serta menghidupkan kembali kepedulian akan kebudayaan Tionghoa.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]