Kerbau rawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kerbau rawa

Kerbau rawa adalah salah satu jenis kerbau asli dari Asia Tenggara. Habitat aslinya di Thailand dan menyebar ke Tiongkok, Filipina, dan beberapa wilayah di Indonesia. Ciri fisiknya adalah pendek, bulat dengan tanduk yang lengkung dan melebar.

Kerbau rawa hidup di lumpur, rawa dan air yang menggenang. Masa reproduksinya adalah 2,5 tahun untuk dua kali melahirkan. Daging kerbau rawa merupakan salah satu komoditas peternakan.

Habitat[sunting | sunting sumber]

Kerbau rawa berasal dari wilayah Asia Tenggara.[1] Habitat kerbau rawa adalah di lumpur, rawa dan air yang menggenang.[2] Habitat asli dari kerbau rawa adalah di Thailand. Setelah itu, kerbau rawa menyebar ke bagian utara menuju ke Tiongkok, dan bagian selatan ke Sumatra. Dari Tiongkok, kerbau rawa menyebar ke Filipina. Sedangkan dari Sumatra, kerbau rawa menyebar ke Jawa, Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara.[3]

Ciri fisik[sunting | sunting sumber]

Warna kulit dari kerbau rawa adalah abu-abu kehitaman. Bentuk tubuhnya pendek tapi terlihat kekar. Bentuk badan kerbau rawa adalah bulat dengan lingkar dada yang lebar. Bentuk tanduknya melengkung dan melebar.[2]

Kemampuan reproduksi[sunting | sunting sumber]

Induk kerbau rawa yang berusia dewasa dapat beranak dua kali setiap 2,5 tahun. Anak kerbau rawa yang baru lahir memiliki bobot ntara 24–31 kg. Setahun setelah kelahiran, anak kerbau rawa dapat mencapai bobot 150–200 kg.[4]

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Komodias peternakan[sunting | sunting sumber]

Kerbau rawa dapat dijadikan sebagai komodias peternakan dengan produk daging. Pakan ternak untuk kerbau rawa dapat berkualitas rendah karena kerbau rawa mampu mencerna serat kasar lebih baik dibandingkan dengan sapi. Persentase karkas yang dimiliki oleh kerbau juga tinggi yaitu antara 40–47%.[5] Peternakan kerbau rawa banyak ditemukan di Indonesia karena lahan rawa di Indonesia sangat luas.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Purwati R. N.. E., dkk. (2016). Manfaat Probiotik Bakteri Asam Laktat Dadiah Menunjang Kesehatan Masyarakat (PDF). Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Andalas. hlm. 12. 
  2. ^ a b Yusnizar, dkk. 2015, hlm. 1.
  3. ^ Yusnizar, dkk. 2015, hlm. 3.
  4. ^ Suryana, Yasin, M., dan Noor, M. "Karakteristik dan Potensi Kerbau Rawa" (PDF). Biiodiversiti Rawa: 266. ISBN 978-602-1520-75-8. 
  5. ^ Komariah, Kartiarso, dan Lita, M. (2014). "Produktivitas Kerbau Rawa di Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur" (PDF). Buletin Peternakan. 38 (2): 174. ISSN 0126-4400. 
  6. ^ Wahdi, Anis (2014). "Keragaman Manajemen Usaha Kerbau Rawa di Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan". Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan untuk Akselerasi Pemenuhan Pangan Hewani. II: 164. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]