Kecanduan seks internet

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kecanduan seks internet, juga dikenal sebagai kecanduan seks dunia maya, telah diusulkan sebagai kecanduan seksual yang ditandai dengan aktivitas seksual maya melalui internet yang menyebabkan konsekuensi negatif yang serius terhadap kesejahteraan fisik, mental, sosial, dan/atau keuangan seseorang.[1][2] Gangguan ini juga dapat dianggap sebagai bagian dari gangguan kecanduan internet.[3] Kecanduan seks internet memanifestasikan berbagai perilaku: membaca cerita erotis; melihat, mengunduh, atau memperdagangkan pornografi daring; aktivitas daring di ruang obrolan fantasi dewasa; hubungan seks di dunia maya; masturbasi saat terlibat dalam aktivitas daring yang berkontribusi pada gairah seksual seseorang; pencarian pasangan seksual luring dan informasi tentang aktivitas seksual.[3][4][5][6]

Kecanduan seks internet dapat memiliki beberapa penyebab menurut American Association for Sex Addition Therapy. Penyebab pertama adalah keterikatan fisiologis saraf yang terjadi selama orgasme bisa memperkuat dan melampirkan gambar atau skenario menjadi perilaku adiktif secara bersamaan. Kedua, cacat psikologis seperti pengabaian, ketidakpentingan atau kurangnya keterikatan yang tulus terkadang menyebabkan perilaku kecanduan seks sebagai pengalihan. Ketiga, pecandu seks internet mungkin memiliki ketidakseimbangan kimia dalam tumbuhnya akibat depresi berat, gangguan bipolar, atau gangguan manik depresif.[7] Pecandu seks siber mungkin juga mengalami anoreksia keintiman karena bagi mereka dunia maya terasa lebih nyaman daripada hubungan di dunia nyata.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Stein, Dan J.; Hollander, Eric; Rothbaum, Barbara Olasov (31 August 2009). Textbook of Anxiety Disorders. American Psychiatric Pub. hlm. 359–. ISBN 978-1-58562-254-2. Diakses tanggal 24 April 2010. 
  2. ^ Parashar A, Varma A (April 2007). "Behavior and substance addictions: is the world ready for a new category in the DSM-V?". CNS Spectr. 12 (4): 257; author reply 258–9. doi:10.1017/S109285290002099Xalt=Dapat diakses gratis. PMID 17503551. 
  3. ^ a b Griffiths, Mark (November 2001). "Sex on the internet: Observations and implications for internet sex addiction". The Journal of Sex Research. 38 (4): 333–342. doi:10.1080/00224490109552104. Diakses tanggal 2 April 2013. 
  4. ^ Young, Kimberly S. (September 2008). "Internet sex addiction: Risk factors, stages of development, and treatment". American Behavioral Scientist. 52 (1): 21–37. doi:10.1177/0002764208321339. Diakses tanggal 2 April 2013. 
  5. ^ Daneback, Kristian; Michael W. Ross; Sven-Axel Månsson (2006). "Characteristics and behaviors of sexual compulsives who use the internet for sexual purposes". Sexual Addiction & Compulsivity. 13 (1): 53–67. CiteSeerX 10.1.1.502.5953alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1080/10720160500529276. Diakses tanggal 2 April 2013. 
  6. ^ Laier, C.; Pawlikowski, M.; Pekal, J.; Schulte, F. P.; Brand, M. (2013). "Cybersex addiction: Experienced sexual arousal when watching pornography and not real-life sexual contacts makes the difference". Journal of Behavioral Addictions. 2 (2): 100–107. doi:10.1556/JBA.2.2013.002alt=Dapat diakses gratis. PMID 26165929. 
  7. ^ "SRT Training & Certification | Sexual Recovery Therapist | AASAT". American Association for Sex Addiction Therapy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-06-20. 

Bacaan lanjutan[sunting | sunting sumber]

  • Delmonico, David L.; Griffin, Elizabeth J. (2010). "Cybersex Addiction and Compulsivity". Dalam Young, Kimberly S.; de Abreu, Cristiano Nabuco. Internet Addiction: A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment. John Wiley and Sons. hlm. 113–134. ISBN 978-0-470-55116-5. 
  • Delmonico, David L. (2002). "Sex on the superhighway: Understanding and treating cybersex addiction". Dalam Carnes, P. J.; Adams, K. M. Clinical Management of Sex Addiction. New York, NY: Taylor & Francis. hlm. 239–254. 
  • Delmonico, David L.; Griffin, Elizabeth J.; Carnes, P. J. (2002). "Treating online compulsive sexual behavior: When cybersex becomes the drug of choice.". Dalam Cooper, A. Sex and the Internet: A Guidebook for Clinicians. New York, NY: Taylor & Francis. hlm. 147–167. 
  • Schwartz, Mark F.; Southern, Stephen (2000). "Compulsive Cybersex: The New Tea Room". Sexual Addiction & Compulsivity: The Journal of Treatment & Prevention. 7 (1–2): 127–144. doi:10.1080/10720160008400211. 
  • Schneider, Jennifer P. (2000). "Effects of cybersex addiction on the family: Results of a survey". Sexual Addiction & Compulsivity: The Journal of Treatment & Prevention. 7 (1–2): 31–58. doi:10.1080/10720160008400206. 
  • Orzack, Maressa Hecht; Rossb, Carol J. (2000). "Should Virtual Sex Be Treated Like Other Sex Addictions?". Sexual Addiction & Compulsivity: The Journal of Treatment & Prevention. 7 (1–2): 113–125. doi:10.1080/10720160008400210. 
  • Delmonico, David L. (1997). "Cybersex: High tech sex addiction". Sexual Addiction & Compulsivity: The Journal of Treatment & Prevention. 4 (2): 159–167. doi:10.1080/10720169708400139. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]