Keabadian biologis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Keabadian biologis adalah keadaan makhluk hidup tidak bisa mati karena sebuah keadaan biologis seperti penuaan. Keadaan seperti ini sangat langka ditemukan pada makhluk hidup seperti manusia karena sebagian besar manusia mati disebabkan oleh faktor penuaan. Ketika seseorang menjadi tua, sel, jaringan dan seluruh organ tubuhnya akan mengalami penurunan aktivitas. Namun bagi makhluk hidup yang mendapat keabadian biologis, sel dan jaringannya mampu mempertahankan bentuk dan kualitasnya tetap sama dalam jangka waktu yang sangat lama.[1] Berbagai makhluk hidup uniseluler dan multiseluler, termasuk beberapa vertebrata, dapat mencapai keadaan ini ketika ia lahir atau setelah hidup cukup lama.

Istilah ini juga digunakan oleh ahli biologi untuk mendeskripsikan sel yang tidak terpengaruh pada batasan Hayflick.

Dalam pandangan biologi, keabadian adalah saat sel-sel pada sebuah organisme memiliki sifat mempertahankan keadaannya, sehingga membuatnya terhindar dari penuaan. Namun, ini artinya bahwa dalam dunia biologi, keabadian bukanlah sebuah keadaan organisme kekal tidak bisa mati. Setiap organisme tetap akan bisa mengalami kematian walau bukan karena penuaan, tetapi karena cara-cara lain seperti, cidera, keracunan, kekurangan makanan, penyakit, kurangnya sumber daya yang tersedia, atau perubahan lingkungan.[2]

Definisi keabadian ini ditentang dalam Handbook of the Biology of Aging.[3] Pertentangan tersebut karena dalam beberapa spesies, angka kematian semakin menurun ketika bertambanya usia.

Praduga[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa kemungkinan mengapa keabadian biologis dapat terjadi. Pada sebuah studi tahun 2001 yang membandingkan antara serbuk sari dan biji dari pinus bristlecone, ditemukan bahwa tidak ada bagian yang mengalami perubahan yang signifikan, bahkan pembuluh masih berfungsi baik, walaupun usia pohon tersebut sudah sangat tua.[1] Faktor yang paling memungkinkan adalah sebuah populasi kecil dalam sistem sel meristem pohon tersebut, yang disebut dengan "pusat diam".[1] Namun perlu diketahui, bahwa tidak semua hewan di dunia ini, selalu memiliki usia yang sesuai dengan catatan ilmiah yang seharusnya. karena tidak dapat dipungkiri, bahwa kematian adalah sesuatu yang sangat rahasia.[1]

Selain itu pada beberapa organisme seperti pohon dan beberapa moluska terdapat catatan usia alami, seperti garis membran dan garis lingkar pada batang. Namun beberapa hewan juga ada yang tidak memilikinya, walau hewan tersebut adalah spesies yang sama.[1] Salah satu contohnya adalah Ming, seekor moluska yang tercatat sebagai makhluk hidup tertua di dunia berdasarkan hitungan garis pada membrannya. Namun pada 2012, dikatakan bahwa Ming bisa saja lebih tua, tetapi tidak diketahui umur pastinya karena kehilangan garis membranya. Hal yang sama juga berlaku pada hewan lain, yang mungkin ada yang lebih tua, tetapi tidak dapat diverifikasi dan tercatat seperti Ming.[1]

Contoh organisme[sunting | sunting sumber]

Beberapa dari contoh organisme yang memiliki keabadian biologi adalah

  1. Kultur sel atau sel yang diternakkan dalam suatu media khusus. Sel sejatinya terus berkembang biak dengan membelah diri. Namun, walaupun dengan membelah diri secara terus menerus, tetap ada batasan bagi sel untuk membelah diri. Batasan tersebut disebut batasan Hayflick.[4] Ketika sel membelah diri, di situ menunjukkan bahwa sel tersebut abadi secara biologis, sampai dia hancur dengan sendirinya (apoptosis).[2]
  2. Koloni bakteri. Bakteri memiliki sifat yang mudah mati, tetapi mereka bisa meremajakan diri dengan saling bertukar komponen. Ketika bakteri membuat sebuah koloni, maka mereka akan kebal. Karena saat salah satunya mati, maka bakteri yang lain akan memberikan komponennya. Hal itulah yang membuat bakteri dapat dikategorikan sebagai makhluk hidup yang memiliki keabadian biologis.[4]
  3. Hydra. Hydra permanen memiliki keunikan pada sel-selnya. Hal itu disebabkan sifatnya yang selalu menggantikan tubuhnya dengan sel baru. Tubuh hydra biasanya akan mati ketika sudah 20 hari. Namun, dia selalu menggantinya dengan sel baru, sehingga dapat dikatakan bahwa dia memiliki sifat abadi pada selnya.[4]
  4. Ubur-ubur, pada fase pertumbuhan ubur-ubur. Ketika dia sudah berada di fase kematangan seksual, ubur ubur dapat kembali ke fase polip nya[2][4]
  5. Tardigrade (Beruang Air). Spesies ini sebenarnya masih rancu, ketika dikategorikan sebagai mahkluk hidup dengan keabadian biologis. Hal itu disebabkan Tardigrade masih bisa mati karena penuaan alamiah. Namun keistimewaannya yang bisa bertahan dalam keadaan ekstrem seperti pada suhu panas dan bisa bertahan hidup walau tidak makan selama 10 tahun atau lebih. Kejadian tersebut disebabkan karena kegiatannya yang mirip seperti hibernasi atau disebut dengan "kriptobiosis".[4]

Harapan manusia pada metode keabadian biologis[sunting | sunting sumber]

Dengan adanya metode ini. Manusia berharap bisa menerapkannya ke kehidupan manusia modern saat ini. Dalam mendukung harapan ini, sudah ada sebuah gerakan yang bernama Methuselah Mouse Prize atau disingkat dengan Mprize. Mereka mengadakan sayembara untuk membuat tikus-tikus menjadi kembali muda. Sayembara ini adalah sebuah terobosan untuk mendukung pembaruan dunia teknologi biologis untuk manusia. Harapannya adalah untuk meningkatkan persentase kehidupan bagi manusia yang menderita penyakit kronis.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f Barras, Colin. "The animals and plants that can live forever". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-21. 
  2. ^ a b c Masoro, E.J (2006). Handbook of the Biology of Aging (Sixth ed.). San Diego: CA: Academic Press. ISBN 978-0-12-088387-5. 
  3. ^ Handbook of the biology of aging. Edward J. Masoro, Steven N. Austad (edisi ke-6th ed). Amsterdam: Elsevier Academic Press. 2006. ISBN 978-0-08-049140-0. OCLC 154725799. 
  4. ^ a b c d e f "MECHANISMS OF AGING". www.benbest.com. Diakses tanggal 2021-04-22.