Kampung china bengkulu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kampung China Bengkulu terletak di Kelurahan Malabro, Kecamatan Teluk Segara. Kampung China terletak tepat di depan Benteng Marlborough. Selain itu Kampung China merupakan pusat pemerintahan Kolonial Inggris sekaligus pusat penyimpanan rempah-rempah. Kampung China juga merupakan pusat perdagangan di Kota Bengkulu karena letaknya yang tak jauh dari pelabuhan di Pantai Tapak Paderi.[1]

Sejarah Kampung China Bengkulu[sunting | sunting sumber]

satu sisi dari Kampung Cina yang diambil dari Benteng Marlborough

Provinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968. Provinsi tersebut terletak di wilayah pantai barat Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan garis pantai sepanjang 525 km. Bengkulu dikembangkan oleh Inggris sejak tahun 1685 yang diberi nama Bencoolen. Bengkulu dikuasai Inggris dari tahun 1685-1824 dan kemudian diserahkan kepada Belanda sesuai dengan isi Traktat London[2].

Kampung China sudah berdiri di Bengkulu sejak 1600 tahun lalu saat Inggris masih berkuasa di Bengkulu. Masyarakat Tionghoa mulai mengungsi setelah diizinkan masuk oleh kongsi dagang Inggris East India Company (EIC)[3]. Awalnya orang-orang China yang masuk ke Bengkulu adalah kelompok-kelompok kecil. Mereka merupakan kelompok dari orang-orang miskin yang merantau dan belum mempunyai tempat tinggal yang menetap (selalu berpindah-pindah dari tempat satu ketempat yang lain). Orang-orang China yang datang ke Bengkulu sebagian ada yang bekerja sebagai buruh dan petani[4]. Sebelum masyarakat China menetap di Kota Bengkulu, mereka lebih dulu singgah di dua daerah yaitu Manna, Bengkulu Selatan dan Muara Aman, Kabupaten Lebong. Mereka yang datang dari Manna ke Bengkulu dengan mata pencaharian dari sektor perkebunan, sedangkan masyarakat yang berasal dari Muara Aman bekerja dalam sektor tambang emas. Prof. Dr. Abdullah Siddik dalam buku Sejarah Bengkulu 1500-1990 mengatakan, warga keturunan Tionghoa menetap di Bengkulu mulai tahun 1689 setelah diizinkan oleh Kongres Dagang Inggris East India Company(EIC).

Pada tahun 1714, telah banyak masyarakat China yang menetap di Ujung Karang (Kota Bengkulu sekarang). Mereka ada yang bekerja sebagai buruh perkebunan dan ada juga yang bekerja sebagai pedagang. Mereka diberi hak khusus oleh Wakil Gubernur Joseph Collet saat itu. Warga Cina pada masa itu dipimpin oleh seorang kapitan.

Pelabuhan di Ujung Karang telah menjadi pusat perdagangan di Bengkulu saat itu. Pada tahun 1766, penduduk Kota Bengkulu telah mencapai 10.000 jiwa. Penduduk tersebut terdiri dari Etnis Melayu yang mayoritas, beberapa ratus orang China, orang-orang Bugis yang menjadi tentara kompeni dan pegawai kompeni Inggris, serta para budak dari sejumlah daerah.[5] Para warga Etnis Melayu dan beberapa ratus orang China, Bugis yang menjadi tentara kompeni dan pegawai kompeni Inggris, serta para budak dari sejumlah daerah.

Perkembangan Kampung China di Bengkulu[sunting | sunting sumber]

Masa tahun 1970-an merupakan periode kejayaan Kampung China. Dulu sebagian besar warga Bengkulu pergi kesini untuk berbelanja. Beragam jenis barang diperdagangkan mulai dari makanan, sembako, pakaian, peralatan elektronik dan rumah tangga. Namun demikian, pada tahun 1990-an terjadi masa kemunduran Kampung China. Pusat-pusat perekonomian baru mulai muncul seiring dengan berkembangnya waktu. Seiring perkembangan zaman, Kota Bengkulu mengalami perluasaan daerah. Pengembangan kota diarahkan ke Jalan Lingkar Timur dan Lingkar Barat yang dibangun oleh Gubernur Bengkulu ketiga, Suprapto. Kedua jalan tersebut menjadi pusat perekonomian baru. Para pengusaha yang bermukim di Kampung China pun berpindah bisnis ke lokasi tersebut. Lambat laun Kampung China yang dulu ramai kini menjadi sepi.

Arsitektur Kampung China[sunting | sunting sumber]

Potret Kampung China

Orang-orang China yang berada di Kampung China itu mereka memperkuat identitas. Selain memperkuat identitas Bahasa Jawa, mereka juga membangun rumah dengan langgam motif yang sama. Mungkin hal tersebut merupakan warisan nenek moyang dari Tionghoa. Selain langgam motif yang sama, terdapat juga ragam Arsitektur yang khas. Arsitektur Kampung China memiliki bagian yang bergaya Eropa, tapi China juga mempunyai ciri khas nya tersendiri karena bawaan dari nenek moyang. Kalau dilihat dari ragam motif yang ada di Kampung China yang sekarang, terdapat huruf-huruf kanji seperti garis dan palang-palang yang ternyata memiliki bentuk yang sama. Jika di Jawa ada bentuk Limahasa, bentuk-bentuk rumah 4 persegi yang sama, maka di Bengkulu terdapat bentuk panggung yang sama, karena mereka punya warisan tradisional yang mematenkannya secara turun temurun. Namun demikian, untuk bangunan rumah yang terletak di Kampung China Kota Bengkulu ini memiliki bentuk rumah panggung bergaya Eropa dan tidak meninggalkan ciri khas dari nenek moyang mereka seperti ragam motif huruf-huruf kanji, garis-garis, dan palang-palang yang dipatenkan secara turun-temurun[6].

Keadaan Kampung China Sekarang[sunting | sunting sumber]

Saat ini hanya tersisa 20 buah rumah toko berarsitektur China di kawasan tersebut. Meski berdampingan dengan Pantai Zakat, Benteng Marlborough, serta pusat kuliner laut yang menjadi salah satu titik keramaian di kota Bengkulu, Kampung China tetap sepi bagaikan rumah tanpa penghuni. Pada jam 8 malam ke atas pun sudah sulit menemukan kendaraan yang melewati kawasan tersebut. Belum lagi kawasan tersebut gelap, karena lampu jalan yang padam. Bahkan lampu lampion China yang menghiasi jalanan yang menjadi tempat nongkrong anak muda di pinggiran pun sudah habis, gelap, dan sunyi. Saat ini Kampung China tinggal menunggu puncak untuk benar-benar menjadi bagian yang terlupakan. Akhirnya, sekarang Kampung China atau Pecinan di Kota Bengkulu pun seakan hidup segan mati enggan. Kiranya semoga tahun naga air Kampung China atau Pecinan ini bisa kembali berwarna dan ramai kembali sebagai tempat bersejarah di Kota Bengkulu.[7]

  1. ^ "Kilas Balik Sejarah Kampung Cina atau Chinatown di Kota Bengkulu". Tribunbengkulu.com. Diakses tanggal 2023-12-06. 
  2. ^ Feraro,
  3. ^ Feraro,
  4. ^ listiana, ranti (25 january 2022). [file:///C:/Users/UIN%20FAS/Downloads/3923-15378-1-PB.pdf "akulturasi arsitektur rumah tua di Kampung China Kota Bengkulu sebagai sumber pembelajaran sejarah"] Periksa nilai |url= (bantuan) (PDF). jurnal program studi pendidikan sejarah. 10 (1): 128. 
  5. ^ Media, Kompas Cyber (2012-04-03). "Jejak Sejarah Terlindas Roda Zaman Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-12-12. 
  6. ^ listiana, ranti (25 januari 2022). [file:///C:/Users/UIN%20FAS/Downloads/3923-15378-1-PB.pdf "Akulturasi Arsitektur Rumah Tua di Kampung Cina Kota Bengkulu sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah"] Periksa nilai |url= (bantuan) (PDF). Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah. 10 (1): 134–135.  line feed character di |title= pada posisi 77 (bantuan);
  7. ^ "Kampung Cina Bengkulu, Sejarah dan Asal Usul Etnis Cina di Bumi Rafflesia". Tribunbengkulu.com. Diakses tanggal 2023-12-12.