KRI Rencong (622)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sejarah
Indonesia
Nama Rencong
Asal nama Rencong
Pembangun Korea Tacoma Marine Industries Ltd
Mulai berlayar 20 Juli 1979
Identifikasi Nomor lambung: 622
Nasib Tenggelam akibat insiden kebakaran pada September 2018[1]
Status Dinonaktifkan
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis Kapal cepat rudal kelas Mandau
Berat benaman
  • 250 ton (standar)
  • 290 ton (muatan penuh)
Panjang 537 m (1.761 ft 10 in)
Lebar 8 m (26 ft 3 in)
Pendorong
  • CODOG :
  • 1 x Turbin uap General Electric-Fiat LM-2500
  • 2 x Diesel MTU 12V331TC81
Kecepatan 41 knot (76 km/h; 47 mph)
Jangkauan 2.600 nmi (4.815 km; 2.992 mi) pada 14 knot (26 km/h; 16 mph)
Awak kapal 43
Sensor dan
sistem pemroses
  • Radar Racal Decca AC1226
  • Radar kendali penembakan Signal WM28
  • Selenia NA-18 e/o director
  • Rangkaian ECM ESM Thompson-CSF DR2000S
Senjata
  • Seperti yang dibangun
  • Meriam:
    1 x 57/70 Bofors SAK Mk 1
    1 x 40/70 Bofors 350AFD
    2 x 20/85 S.20
  • Rudal:
    4 x MM38 Exocet SSM (mungkin dilepas dan diganti dengan rudal C-802)
  • KRI Rencong (622) merupakan kapal perang patroli utama Indonesia dari jenis Kapal Cepat Rudal (KCR). Kapal ini dibuat di Galangan kapal Tacoma SY, Masan, Korea Selatan pada tahun 1979. Kapal lain dalam kelas yang sama adalah KRI Mandau (621), KRI Badik (623), dan KRI Keris (624). Pada hari Selasa 11 September 2018, KRI Rencong mengalami kebakaran dan tenggelam di sekitar wilayah Sorong Papua. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.[1]

    Sejarah[sunting | sunting sumber]

    Pada hari kamis ( 23/6 ) kemarin, KRI Rencong melakukan uji coba (gas turbin di perairan Laut Jawa, Salah satu dari 4 (empat) kapal patroli kelas Dagger tersebut merupakan salah satu jenis kapal cepat yang dimiliki Koarmatim.

    Desain kapal ini bermula dari kapal bersenjata kelas Ashville milik USA. Kapal ini didesain sebagai kapal serang berkecapatan tinggi, untuk mencapai itu maka badan kapal dibuat dari Aluminium sehingga bisa lebih ringan selain itu untuk mencapai kecepatan tinggi kapal ini dilengkapi dengan mesin gas turbin General Electric LM 1500 selain 2 buah mesin diesel untuk kecepatan rendah. Diharapkan dengan kombinasi ini, kapal mampu mencapai kecepatan 40 knot.

    Kapal[sunting | sunting sumber]

    Peluru Kendali[sunting | sunting sumber]

    Awalnya KRI Mandau menggunakan Rudal Aerospatiale MM-38 Exocet sebanyak 4 pucuk (2 x 2), yang memiliki jangkauan maksimum 42 km (23 mil laut) dengan kecepatan 0,9 mach, berhulu ledak 165 kg, berpemandu active radar homing, bersifat jelajah inersia, sea-skimmer. Sejak ada kerja sama alih teknologi dengan China Exocet maka mulai diganti dengan rudal C-802 buatan SACCADE.

    Meriam[sunting | sunting sumber]

    Meriam Bofors 57 mm/70: 1 pucuk, kecepatan tembakan 200 rpm, berjangkauan maksimum 17 km (9,3 mil laut) dengan berat amunisi 2,4 kg, anti kapal, pesawat udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal, berpemandu tembakan Signaal WM28. Meriam Bofors 40 mm/70: 1 pucuk, kecepatan tembakan 300 rpm, dengan jangkauan maksimum 12 km (6,6 mil laut) dengan berat amunisi 0,96 kg, anti kapal, pesawat udara, helikopter, rudal balistik, rudal anti kapal. Kanon Penangkis Serangan Udara (PSU) Rheinmetall 20 mm: 2 pucuk, kecepatan tembakan 1000 rpm, dengan jangkauan efektif 2 km dengan berat amunisi 0,24 kg, anti pesawat udara, helikopter

    Sensor dan Senjata Elektronik[sunting | sunting sumber]

    Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan MR-123 Vympel/Muff Cob

    Tenaga Penggerak[sunting | sunting sumber]

    Kapal ini digerakan oleh 2 buah mesin diesel dan sebuah mesin turbin . Mesin Diesel digunakan saat kecepatan rendah atau menghemat BBM sedangkan mesin turbin digunakan bila kapal ingin mencapai kecepatan maksimal dengan konsekuensi bahan bakar menjadi lebih boros. ( 2 M504 Diesel, 1425 hp, melalui 2 shaft ke 2 propeler,dan 1 turbin GE LM 1500 )

    Referensi[sunting | sunting sumber]

    Pranala[sunting | sunting sumber]

    1. ^ "Indonesian fast missile boat KRI Rencong-622 catches fire in Papua waters". The Jakarta Post. 11 September 2018. Diakses tanggal 20 September 2020.