Hutan Rawa Gambut Merang-Kepayang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hutan Rawa Gambut Merang-Kepayang adalah salah satu Hutan Rawa Gambut lintas provinsi di Indonesia, yaitu di Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi. Secara administratif, Hutan Rawa Gambut (HRG) Merang-Kepayang terletak di Desa Muara Merang, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. HRG Merang-Kepayang dialiri oleh anak Sungai Lalan, yaitu Sungai Merang dan Sungai Kepayang, serta sungai-sungai dari Taman Nasional Sembilang. Luas HRG Merang-Kepayang adalah 271.000 hektare. HRG Merang-Kepayang terdiri dari dua kubah gambut, kawasan hutan produksi, rawa terbuka, dan semak belukar. Sebagian besar kawasan HRG Merang-Kepayang telah rusak akibat kebakaran hutan dan konversi hutan.[1]

Ekosistem[sunting | sunting sumber]

HRG Merang-Kepayang memiliki area gambut dengan kedalaman yang bervariasi. Bagian terdangkal memiliki kedalaman 0,5 meter, sedangkan bagian terdalam memiliki kedalaman 6 meter. Kubah-kubah gambut ditemukan di dua lokasi. Lokasi pertama adalah di antara Sungai Merang dan Sungai Kepayang. Sedangkan lokasi kedua adalah di antara Sungai Kepayang dan muara-muara sungai yang menuju ke Taman Nasional Sembilang.[2]

HRG Merang-Kepayang memiliki pohon-pohon yang beraneka ragam. Setidaknya terdapat 178 jenis pohon di dalam HRG Merang-Kepayang, yang di antaranya adalah pohon yang dilindungi. Mamalia langka seperti harimau sumatera, tapir dan owa juga hidup dalam kawasan ini. Keanekaragaman jenis burung juga ditemukan dalam HRG Merang-Kepayang. Sebanyak 122 jenis burung telah diidentifikasi. Selain itu, HRG Merang-Kepayang juga menjadi habitat bagi salah satu reptil terlangka di dunia, yaitu Buaya Senyulong.[3] Di dalam HRG Merang-Kepayang juga terdapat 57 spesies ikan dari 24 famili yang berbeda.[4]

Peran Penting[sunting | sunting sumber]

HRG Merang-Kepayang berperan penting sebagai sumber pemasokan air bagi masyarakat lokal yang hidup di sekitar Taman Nasional Berbak-Sembilang. Selain itu, HRG Merang-Kepayang merupakan tempat bagi satwa untuk berkeliaran di Taman Nasional Berbak-Sembilang.[5] Selain mendukung Taman Nasional Berbak-Sembilang, HRG Merang-Kepayang juga merupakan hutan rawa gambut alami yang sangat berguna sebagai penyimpan karbon. Selain itu, HRG Merang-Kepayang menjadi tempat bagi masyarakat untuk melakukan mata pencaharian yang berhubungan dengan jasa lingkungan.[6]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Fitri, Aidil (2009), hlm. 14."Pada tahun 2001, Wetlands International Indonesia Programme (WI-IP) melansir bahwa kawasan hutan rawa gambut Merang Kepayang sebagai suatu ekstensi atau perluasan dari sistem hutan rawa gambut yang terbentang luas antara provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. (...), dimana secara administratif kawasan ini termasuk kedalam wilayah Desa Muara Merang, yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya, kawasan ini disebut sebagai Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang (HRGMK). Terdapat 2 (dua) buah sungai utama yang mengalir di kawasan hutan rawa gambut ini, yaitu sungai Merang dan sungai Kepayang. Kedua sungai ini merupakan anak sungai Lalan yang bermuara di semenanjung Banyuasin. Sejumlah sungai di pesisir Taman Nasional Sembilang berhulu pada kawasan hutan rawa gambut Merang-Kepayang ini. (...) Hasil yang diperoleh dari studi tersebut menunjukkan bahwa ketebalan lapisan gambut di kawasan ini bervariasi antara kurang dari 1 meter hingga 7 meter. Dari keseluruhan luas 271.000 hektar, sekitar 210.000 hektar diantaranya adalah lahan gambut, dimana setidaknya terdapat 2 (dua) kubah gambut utama, yaitu di antara sungai Merang dan Kepayang, serta di antara sungai Kepayang dan hulu-hulu sungai yang bermuara ke Taman Nasional Sembilang (TNS). Kawasan yang ditetapkan sebagai Hutan Produksi mencakup 225.000 hektar, dimana hanya 47.000 hektar hutan yang masih berada dalam kondisi yang baik dan sebanyak 99.000 hektar sudah rusak parah, sedangkan sisanya adalah kawasan rawa terbuka atau semak belukar dengan vegetasi rendah. Namun demikian sangat disayangkan, kejadian kebakaran hutan – lahan, kanal-kanal, pembalakan dan koversi hutan yang berlangsung terus-menerus telah merusak beberapa bagian dari kawasan hutan ini."
  2. ^ Tata, Hesti Lestari dan Adi Susmianto (2016), hlm. 37."Kedalaman gambut kelompok hutan rawa gambut Merang Kepayang bervariasi mulai dari dangkal hingga sangat dalam (0,5 - >6 m). Kubah-kubah gambut terletak di antara Sungai Merang dan Sungai Kepayang, serta di antara Sungai Kepayang dengan muara-muara sungai yang menuju Taman Nasional Sembilang."
  3. ^ Iqbal, Muhammad dan Djoko Setijono (2011), hlm. 3."Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, di kawasan hutan rawa gambut Merang-Kepayang terdapat setidaknya 178 jenis pohon.Beberapa jenis pohon penting dan dilindungi adalah pulai rawa, jelutung rawa, dan mengris. Beberapa jenis mamalia kunci yang secara global terancam punah, seperti harimau sumatera, tapir dan owa ditemukan di sini. Survei terakhir yang dilakukan pada tahun 2008 mendaftar 122 jenis burung untuk kawasan ini. Secara umum, kawasan ini juga terkenal sebagai salah satu habitat tersisa dari salah satu reptil terlangka di dunia, buaya senyulong."
  4. ^ Iqbal, Muhammad (2011), hlm. 8."Saat ini, setidaknya tercatat 57 jenis ikan di kawasan HRGMK dari 24 famili."
  5. ^ Noor, Yus Rusila dan Jill Heyde (2007), hlm. 35."Diantara Taman Nasional Sembilang dan Berbak terdapat suatu ekosistem gambut yang dikenal sebagai Hutan Rawa Gambut Merang – Kepayang. Kawasan ini sangat penting sebagai koridor satwa yang berlalu lalang diantara kedua taman nasional tersebut, dan yang lebih penting adalah bahwa kawasan Merang – Kepayang merupakan sumber pemasok air utama bagi kedua kawasan taman nasional tersebut."
  6. ^ Noor, Yus Rusila dan Jill Heyde (2007), hlm. 9."Kedua Taman Nasional tersebut serta sebagian mintakat penyangganya, termasuk hutan rawa gambut Merang Kepayang, merupakan perwakilan dari hutan rawa gambut alami yang masih tersisa di Sumatra dan penyimpan karbon yang sangat penting. Lebih dari itu, masyarakat yang tinggal di mintakat penyangga juga sangat bergantung kepada keberadaan dan jasa lingkungan yang disediakan oleh hutan rawa gambut tersebut."

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

Buku[sunting | sunting sumber]

  • Fitri, Aidil (2009). Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang: Masa lalu–Masa kini–Masa depan. Palembang: Merang REDD Pilot Project dan Deutsche Gesellschaft für Technische Zusamenarbeit. 
  • Iqbal, Muhammad (2011). Ikan-ikan di Hutan Rawa Gambut Merang-Kepayang dan Sekitarnya. Palembang: Merang REDD Pilot Project. ISBN 978-602-99492-1-6. 
  • Iqbal, Muhammad dan Djoko Setijono (2011). Burung-burung di Hutan Rawa Gambut Merang-Kepayang dan Sekitarnya. Palembang: Merang REDD Pilot Project. ISBN 978-602-99492-0-9. 
  • Noor, Yus Rusila dan Jill Heyde (2007). Pengelolaan Lahan Gambut Berbasis Masyarakat di Indonesia. Bogor: Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. ISBN 978-602-6961-05-1. 
  • Tata, Hesti Lestari dan Adi Susmianto (2016). Prospek Paludikultur Ekosistem Gambut Indonesia. Bogor: Forda Press. ISBN 978-602-6961-05-1.