Divertikulitis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Divertikulitis
Bagian usus besar (kolon sigmoid) menunjukkan banyak kantong (divertikula). Divertikula muncul di kedua sisi bundel otot longitudinal (taenium) yang berjalan secara horizontal melintasi spesimen dalam bentuk busur.
Informasi umum
SpesialisasiOperasi umum
PenyebabTidak pasti[1]
Faktor risikoObesitas, kurang olahraga, merokok, keturunan, obat antiinflamasi nonsteroids[1][2]
Aspek klinis
Gejala dan tandaMulas, demam, mual, diare, sembelit, darah dalam tinja[1]
KomplikasiAbses, fistula, perforasi usus[1]
Awal munculTiba-tiba, usia>50[1]
DiagnosisTes darah, CT scan, kolonoskopi, seri gastrointestinal bagian bawah[1]
Kondisi serupaSindrom iritasi usus[2]
Tata laksana
PencegahanMesalazine, rifaximin[2]
PerawatanAntibiotik, diet cairan, rawat inap [1]
Prevalensi3.3% (negara berkembang)[1][3]

Divertikulitis adalah penyakit berupa radang atau pembengkakan dari kantong abnormal (divertikulum) di dinding usus.[4] Kantung-kantung ini mayoritas berada di saluran usus besar (kolon). Luka dan benjolan ini menyebabkan terbentuknya sel-sel kanker dengan mudah, apabila kontak via senyawa karsinogenik. Apabila adanya infeksi dan inflamasi yang disebabkan oleh makanan dan bakteri yang terkurung di dalam divertikulim yang membentuk drainase dan pada akhirnya muncul perforasi (pembentukan abses). Ahli gastroenterologi di Gastrointestinal Associates pada daerah Knoxville, Tennessee, Dr. Johnny Altawil menyebutkan bahwa sakit perut yang diakibatkan oleh divertikulitis juga bisa terasa lunak dan ringan. Walaupun terkesan remeh, hal ini malah menunjukkan bahwa divertikulum (usus besar) sudah pecah dan membentuk kantong nanah atau abses. Untuk divertikulitis dengan kategori ringan dapat diobati dengan beristirahat. Namun untuk kategori divertikulitis yang parah ataupun berulang membutuhkan pembedahan.[5]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Divertikulitis timbul disebabkan oleh sangat lambatnya pergerakan dari pencernaan makanan di usus besar. Tekanan yang disebabkan oleh makanan dan feses di usus besar menyebabkan lemahnya beberapa titik di usus besar. Hal ini menyebabkan terbentuknya abses yang kecil-kecil di dinding kolon.[6] Oleh karena itu, untuk mengekskresikan feses yang keras dan kecil-kecil ini membutuhkan tekanan yang tinggi pada dinding usus. Lambat laun, hal ini akan mengakibatkan timbulnya luka. Orang yang jarang mengkonsumsi makanan yang berserat macam sayuran dan buah-buahan akan sering mendapati feses yang keras dan kecil-kecil. Jika terdapat serat didalam tubuh manusia, maka feses banyak menyerap air sehingga konsistensinya lunak dan volumenya besar. Hal ini menyebabkan feses keluar dengan lancar tanpa menyebabkan luka pada dinding usus besar.[5] Jadi dapat disimpulkan bahwa serat makanan dapat menangkal terjadinya penyakit divetikulistis, salah satunya buah manggis.[7]

Sejumlah penelitian menyatakan bahwa faktor genetik mengambil andil dalam penyakit divertikulitis. Divertikulitis dapat dibawa sejak lahir (faktor kongenital) yang tidak ditemukan penyebabnya (idiopatik) yang mana seluruh lapisan usus adalah dinding divertikel. Namun hal ini jarang ditemui, pada umumnya hal ini ditemukan setelah lahir dan rata-rata pada usus besar khususnya pada kolon desendens dan kolon sigmoid. Selain itu, jika didalam usus seseorang terdapat banyak bakteri jahat dapat mengakibatkan divertikulitis. Hal lain yang memicu tingginya risiko divertikulitis adalah: 1) penggunaan obat-obatan tertentu macam naproxen, steroid, dan ibuprofen, 2) jarangnya berolahraga, 3) kegemukan (obesitas), 4) merokok, dan 5) mengejan saat membuang air besar.[5]

Gejala[sunting | sunting sumber]

Gejala divertikulitis bisa muncul secara mendadak atau perlahan dalam beberapa hari. Gejala umum pada penyakit divertikulitis biasanya ditandai dengan adanya rasa nyeri di sisi kiri bawah perut. Situasi seperti ini paling sering mempengaruhi usus besar (kolon). Gejala umum divertikulitis lainnya adalah: Demam, sakit perut, muntah, mual, sembelit, kembung, seringnya buang air kecil dan adanya sensasi terbakar pada saat buang air kecil, diare, adanya darah pada feses atau darah dalam urine, dan penurunan nafsu makan.[5]

Gejala divertikulitis tersebut bisa dijadikan pertanda bahwasannya kantung usus besar sudah pecah dan mengalirkan isinya ke dalam rongga perut. Alhasil, kondisi ini dapat memicu terjadinya peritonitis (peradangan di membran rongga perut), abses (kumpulan nanah), dan fistula (peradangan yang menyebabkan saluran abnormal).[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c d e f g h Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama NIH2013
  2. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Tur2016
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama UpToDate
  4. ^ Mulyandarini, Hesty; Rahman, Nur; Adelina, Rany (2022). "JAKAGISTUDI LITERATUR SERAT, KALSIUM, DAN MiRNA PADA PENYAKIT KANKER KOLOREKTAL". Jurnal Pangan Kesehatan dan Gizi. 2 (2): 17. 
  5. ^ a b c d e P, Bondan (2021). "DIET PADA PENYAKIT DIVERTIKULITIS". JNH (Journal of Nutrition and Health). 9 (1): 41. 
  6. ^ Waruwu, Florianus Fanolo (2021). "SISTEM PAKAR DENGAN METODE TSUKAMOTO UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT DIVERTIKULITIS". Pelita Informatika: Informasi dan Informati. 10 (1): 24–25. 
  7. ^ Daulae, Abdul Hakim (2013). "LIMBAH BUAH MANGGIS (Garcinia mangostanaL.) PENUH KHASIATBERPOTENSI JADI KEWIRAUSAHAAN DI SUMATERA UTARA". IPTEKSJURNAL Pengabdian Kepada Masyarakat. 19 (72): 3.