Bahasa Sunda di Kabupaten Tegal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Sunda Tegal
Sunda Pemali
Wilayah
Penutur
B1: tidak diketahui
B2: 1.000[ib 1]
Kode bahasa
ISO 639-3
GlottologTidak ada
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
Sunda Tegal belum diklasifikasikan dalam tingkatan manapun pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [1][2]
Catatan
  1. ^ Merujuk pada data penduduk desa Prupuk Selatan yang diambil pada tahun 2024.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Mayoritas penduduk Kabupaten Tegal adalah orang Jawa yang bertutur menggunakan bahasa Jawa dialek Tegal. Selain bahasa Jawa, dituturkan juga bahasa Sunda oleh sekitar 1.000 masyarakat bilingual di Desa Prupuk Selatan, Kecamatan Margasari yang berbatasan dengan Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes tepatnya di sepanjang aliran sungai Pemali yang merupakan batas alami antara wilayah kultur Sunda dan Jawa. Bahasa Sunda yang digunakan oleh penduduk Tegal di Margasari umumnya berkedudukan sebagai bahasa kedua.[3] Dalam satu kasus, penarik perahu lokal akan dominan menggunakan bahasa Sunda jika berada di sebelah barat sungai Pemali (Bantarkawung, Brebes), sedangkan ketika berada di sebelah timur (Margasari, Tegal) akan dominan bertutur menggunakan bahasa Jawa.[4]

Pengaruh toponimi[sunting | sunting sumber]

Pengaruh toponimi berbahasa Sunda umumnya masih melekat pada daerah-daerah di Kabupaten Tegal bagian selatan. Kata tegal sendiri dalam bahasa Sunda berarti 'tanah lapang'. Contoh beberapa tempat yang merupakan pengaruh toponimi bahasa Sunda ialah, Cibunar, Cilongok, dan Sangkanjaya di Kecamatan Balapulang; Bojong dan Cikura di Kecamatan Bojong; Cawitali (kemungkinan berasal dari kata ci+awi+tali) dan Sigedong (kemungkinan berasal dari kata ci+gedong) di Kecamatan Bumijawa; Curug dan Rancawiru di Kecamatan Pangkah; serta Slawi (kemungkinan berasal dari kata sela+awi). Bahkan menurut kitab Bujangga Manik, sebenarnya batas timur budaya Sunda pada abad ke-5 Masehi diperkirakan berada kurang lebih di garis antara daerah yang sekarang disebut Kendal dan Dieng di Jawa Tengah.[5]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  2. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  3. ^ "Mengenal Lebih Jauh Bahasa Tegal". www.infobudaya.net. Diakses tanggal 26 Februari 2023. 
  4. ^ "Berkelana ke Wilayah Penutur Bahasa Sunda di Jawa Tengah". kelananusantara.com. Diakses tanggal 25 Februari 2023. 
  5. ^ "Kenapa di Jawa Tengah Ada Suku Sunda? Faktor Sejarah dan Geografis Berpengaruh". jateng.inews.id. Diakses tanggal 26 Februari 2023. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]