Bagaimana Beberapa Anak Bermain Penyembelihan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

"Bagaimana Beberapa Anak Bermain Penyembelihan" (Jerman: Wie Kinder Schlachtens miteinander gespielt haben, yang juga diterjemahkan sebagai "Bagaimana anak-anak bermain penyembelihan bersama") adalah sebuah set dari dua anekdot pendek dari Kisah Dongeng Grimm Bersaudara. Cerita tersebut dihilangkan dari buku tersebut dalam edisi keduanya, dan dihilangkan juga dari edisi-edisi paling terkini.

Sinopsis[sunting | sunting sumber]

Bagian Satu
Di sebuah kota bernama Franecker, yang terletak di Friesland Barat, sekelompok anak muda (sekitar 5 atau enam tahun) memutuskan untuk bermain “penyembelihan”, dimana satu anak berperan sebagai penyembelih, satu anak bermain sebagai koki, satu anak bermain sebagai asisten koki, dan satu anak bermain sebagai babi. Tanpa diduga, anak yang bermain sebagai penyembelih benar-benar menggorok leher anak yang berperan sebagai babi dan yang lain bermain memasaknya. Seorang warga yang melintas dan melihat kejadian itu melapor kepada wali kota. Karena bingung, sang wali kota memberikan ujian. Jika sang anak yang menyembelih temannya diberikan dua pilihan, yaitu apel dan koin emas. Apabila anak itu memilih koin emas, maka ia dianggap sebagai orang dewasa dan akan dihukum. Namun apabila ia memilih apel, maka ia akan dianggap masih anak kecil dan tak menyadari perbuatannya. Anak itu ternyata memilih apel sehingga akhirnya dibebaskan.
Bagian Dua
Suatu hari, dua bersaudara melihat ayah mereka menyembelih babi. Sang kakak akhirnya memutuskan bermain “penyembelihan” untuk menirunya dan sang adik disuruh berperan sebagai babi. Sang kakak ternyata benar-benar menyembelih sang adik dengan pisau. Ibu mereka yang sedang memandikan anaknya yang lain mendengar jeritan sang adik dan segera menghampiri mereka. Marah melihat sang kakak membunuh sang adik, sang ibupun menusuk anaknya itu dengan pisau hingga tewas. Namun saat ia kembali ke kamar mandi, ia melihat anaknya yang tadi dimandikan sudah tewas karena tenggelam. Karena shock, sang ibu memutuskan menggantung dirinya. Sang ayah yang pulang kemudian menemukan seluruh keluarganya tewas akhirnya ikut mati. Pesan moral dari cerita ini sebenarnya adalah agar orang tua mengawasi anaknya bermain.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]