Arung Parak, Tangaran, Sambas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Arung Parak
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Barat
KabupatenSambas
KecamatanTangaran
Kode pos
79465
Kode Kemendagri61.01.17.2007
Luas... km²
Jumlah penduduk1.722 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Arung Parak adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan TangaranKabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Desa ini merupakan desa yang cukup beragam kondisi lingkungan alamnya.

Geografi[sunting | sunting sumber]

Bagian barat desa ini merupakan kawasan pantai yang mengandung pasir hitam, bagian timur merupakan tanah murni yang cocok untuk tanaman palawija, sedangkan di bagian tengah merupakan perpaduan antara pasir dan tanah.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Nama Arung Parak sendiri berasal dari kata arung yang menurut bahasa setempat (Sambas Tangaran) berarti kawasan timbunan pasir dan parak yang merupakan jenis pohon setempat yaitu pohon parak. Berdasarkan keterangan tetua masyarakat desa ini, Arung Parak berarti timbunan pasir yang ditutupi oleh daun parak. Tidak jauh dari desa ini terletak desa Tanah Hitam karena sebagian besar kawasannya merupakan wilayah pasir yang berwarna hitam.

Antara Desa Arung Parak dan Desa Tanah hitam terdapat Desa Kalimantan yang menurut penduduk setempat namanya berasal dari spesies buah manga yang terdapat hanya di desa ini yaitu buah kalimantan.

Desa Arung Parak bersama desa-desa lainnya yang tergabung dalam Kecamatan Tangaran dulunya sebelum tahun 2004 masih bergabung pada Kecamatan Teluk Keramat. Pada tahun 2004, desa-desa di kawasan yang dilalui Sungai Tangaran dan Sungai Serabek bagian utara resmi memisahkan diri dengan Kecamatan Teluk Keramat. Alasan pemisahanini adalah karena jauhnya jarak antara ibu kota kecamatan sebelumnya dengan desa-desa yang bergabung di kecamatan yang baru dibentuk tersebut. Desa yang terdekat dengan ibu kota kecamatan Teluk Keramat (Kota Sekura) adalah desa Semata Biangsu yang jaraknya kurang lebih 7 km. Jarak Desa Arung Parak sendiri dengan Kota Sekura kurang lebih 28 km. Kini dengan berdirinya kecamatan baru, jarak Desa Arung Parak dengan ibu kota Kecamatan relatif (Desa Simpang Empat) cukup dekat yaitu kurang lebih 6 km.

Sebagai daerah pantai, tumbuhan pantai khususnya kelapa tumbuh subur di Desa Arung Parak. Lautnya yang tenang dan tidak terlalu dalam memungkinkan beragam spesies ikan yang layak dimakan berkembang biak dengan pesat. Namun sebagaimana daerah yang berada di dekat pantai lainnya, desa ini rawan bencana alam yang berasal dari arah laut seperti badai angin, badai gelombang, abrasi pantai bahkan tsunami.

Pada tahun 2002, terjadi tsunami kecil yang meluluh lantakkan delapan rumah penduduk yang berada di dekat pantai. Mata pencaharian utama penduduk Desa Arung Parak adalah perikanan, perkebunan dan pertanian. Sektor perikanan menjadi sektor penting bukan hanya sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat Arung Parak tapi juga sebagai pemasok ikan bagi penduduk KecamatanTangaran dan sekitarnya. Kelapa sebagai komoditas perkebunan juga menjadikan kawasan ini penting bagi pasokan bahan baku minyak kelapa penduduk sekitarnya. Biasanya penduduk menjual hasil tangkapan ikan dan perkebunan kelapa di ibu kota Kecamatan Tangaran (Desa Simpang Empat) dan ibu kota Kecamatan Teluk Keramat (Kota Sekura).

Untuk menambah penghasilan yang cukup besar, beberapa penduduk terutama pemuda atau pemudi mencari penghasilan ke luar daerah bahkan luar negeri. Ada yang bekerja di perusahaan penebangan kayu (dalam istilah setempat pergi ke PT) atau bekerja sebagai TKI/TKW.

Penghasilan besar yang diterima pekerja perusahaan penebangan kayu dan TKI/TKW memancing kalangan pemuda bahkan yang masih di bawah umur untuk bekerja di bidang tersebut. Tak heran banyak yang putus sekolah di tingkat sekolah dasar dan menengah hanya untuk bekerja di bidang tersebut. Bagi mereka semata-mata mengandalkan pencaharian hanya pada sektor perikanan, perkebunan kelapa termasuk pertanian tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mereka terutama kebutuhan sekunder dan kebutuhan tertier mereka.Lembaga dan sarana pendidikan di Arung Parak tergolong baik.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Sudah ada SD di desa tersebut dan tidak jauh dari desa itu di desa tetangga ada SMP yaitu di desa Kalimantan, Bahkan tidak lebih dari 3 km dari Arung Parak sudah ada SMK yaitu didesa Tanah Hitam. Lembaga kesehatan juga sudah didirikan di Arung Parak berupa Puskesmas Pembantu sebagai perpanjangan dari Puskesmas di ibu kota kecamatan.Sarana transportasi, penerangan dan informasi tergolong baik. Aksesibilitas ke desa ini cukup lancar baik dari arah selatan lingkar jalan Kabupaten yang melewati desa-desa dimulaidari Sekura - Simpang Empat – Pancur – Sebayung dan Semutah maupun dari arah utara jalan provinsi yaitu dari kecamatan Paloh – Desa tanah hitam - Desa Mentibar – Desa Matang Putus.

Fasilitas[sunting | sunting sumber]

Kondisi jalan baik dari dan ke desa ini sudah baik dan diaspa, Lalu lintas di jalan utama Desa Arung Parak cukup padat karena tiap rumah tangga memiliki satu sepeda bermotor. Semua rumah penduduk tersambung dengan aliran listrik dengan PLN walaupun masih banyak menghadapi kendala seringnya mati listrik. Setiap rumah tangga memiliki minimal satu unit televisi dan satu unit telepon genggam. Khusus televisi, acara yang paling mudah ditangkap adalah siaran televisi dari negara tetangga Malaysia. Untuk menikmati siaran dari stasiun Indonesia yang lebih luas penduduk membeli parabola dan hampir setiap rumah tangga sudah memilikinya.

Demografi[sunting | sunting sumber]

Penduduk asli Arung Parak adalah suku Melayu. Sebagaimana penduduk Melayu lainnya, budaya yang tepung tawar, beras kuning, pakaian teluk belanga merupakan adat-istiadat yang tidak ketinggalan dalam acara-acara sakral dan ritual keagamaan mereka yang menganut agama Islam. Namun ada satu adat kebiasaan yang sangat khas dilakukan masyarakat Arung Parak yaitu upacara mengantar aJung . Walaupun istilah aJung dipercaya berasal dari bahasa cina merujuk pada jenis perahu ala cina yaitu Jung namun pelaksanaan upacaranya kental bernuansa pengaruh agama Hindu. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa upacara ini dilakukan sebagai rasa syukur kepada alam atas hasil panen yang mereka dapatkan. Sebagai ungkapan rasa syukur, mereka menyajikan sebagian hasil panen mereka yang telah diolah menjadi ketupat yang diantarkan ke penguasa laut dalam kendaraan berupa perahu Jung. Pada malam sebelum hari puncak upacara, seorang dukun akan menyajikan tarian ritual dengan mantra yang membuatnya menari dalam kondisike surupan. Pelaksanaan tarian ini disebut dengan istilah besiak . Budaya ngantar aJung yang dilakukan oleh masyarakat Desa Arung Parak yang merupakan penganut agama Islam adalah warisan budaya Hindu.

Orang-orang Melayu termasuk nenek moyang penduduk Arung Parak dulunya merupakan penganut agama Hindu. Bahkan kerajaan Sambas tua sebagai wilayah pemerintahan yang wilayah kekuasaanya juga meliputi kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sambas saat ini adalah kerajaan Hindu. Siitus peninggalannya Kerajaan Sambas tua dapat ditemukan di Desa Kota Lama, yang rajanya bernama bernama Ratu Sepudak yang dipercaya berasal dari kerajaan Majapahit. Kemungkinan besar pengaruh Islam berkembang pesat di kawasan ini termasuk Desa ArungParak sejak tampuk pemerintahan Kerajaan Sambas dipegang oleh Sultan Syafiudin I (1000M s.d 1081 M).

Tradisi gotong royong dan musyawarah masih kental di Desa Arung Parak. Namun masyarakat tidak menolak pendidikan dan pembangunan. Beberapa orang dari Desa ini sudah sarjana. Masyarakat di Desa Arung Parak termasuk masyarakat yang terbuka dan ramah terhadap pendatang dari luar daerah, Tak heran jika masyarakat di sekitarnya khususnya kaum muda-mudi suka berkun Jung ke desa ini terutama untuk menikmati suasana pantai atau sekadar berkumpul beramai pada malam tertentu. Pada liburan lebaran Idul Fitri, Pantai Arung Parak tak pernah sepi dari pengun Jung atau wisatawan lokal.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]