Susu formula

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Susu formula

Susu formula (American English: infant formula, baby formula, formula; British English: baby milk, infant milk first milk) adalah produk pangan pengganti air susu ibu (ASI) yang dibuat dan dirancang khusus untuk memberi nutrisi pada bayi usia di bawah 12 bulan.[1][2] Susu formula biasanya berbentuk bubuk (dilarutkan dengan air) atau cair (dengan atau tanpa tambahan air), kemudian disiapkan dalam botol susu untuk bayi.

Susu formula dapat dibuat dari susu sapi atau susu kedelai dan komposisinya dirancang sehingga memiliki kandungan nutrisi serupa dengan ASI.[1] Bahan baku susu formula biasanya meliputi whey dan kasein susu murni sebagai sumber protein, campuran minyak nabati sebagai sumber lemak, laktosa sebagai sumber karbohidrat, campuran vitamin dan mineral, dan bahan-bahan lainnya sesuai produsen susu.[3]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Susu formula dibuat pertama kali pada abad ke-19 oleh seorang ahli kimia Jerman bernama Von Liebig dan mulai dipasarkan pada tahun 1867. Susu formula ini dibuat dari campuran susu sapi, tepung terigu, dan tepung malt. Campuran ini dimasak dengan sedikit kalium dan karbohidrat untuk mengurangi rasa asam. Setelah itu, perkembangan susu formula sangat pesat dan semakin sempurna dari waktu ke waktu.[4]

Latar Belakang[sunting | sunting sumber]

Latar belakang pembuatan susu formula ialah banyaknya ibu-ibu yang tidak dapat atau tidak mampu menyusui bayinya secara penuh. Alasannya mungkin karena si Ibu terinfeksi HIV/AIDS sehingga dikhawatirkan bayinya akan tertular setelah minum ASI atau juga karena si Ibu sebagai wanita karier yang sibuk sehingga mengharuskan bayinya mendapat tambahan susu formula atau makanan bayi lainnya.

Perkembangan[sunting | sunting sumber]

Cara modern pembuatan susu formula dimulai tahun 1915 yang menghasilkan pembuatan susu formula dengan kandungan lemak hampir mendekati ASI. Susu formula ini mengandung 4,6% lemak, 6,5% karbohidrat, dan 0,9% protein. Saat ini susu formula mempunyai rasa yang bervariasi. Susu formula yang beredar saat ini umumnya terdiri dari campuran emulsi lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Bahan utamanya pun tidak harus susu sapi, tetapi dapat pula dari kedelai atau dari protein hidrolisa. Susu formula dari susu sapi menggunakan susu sapi yang terbebas dari kandungan lemak. Susu formula juga ditambahkan minyak tumbuh-tumbuhan untuk menyediakan lemak yang diabsorpsi oleh bayi. Supaya susunan gizinya mendekati ASI, susu formula ditambahakan dengan whey protein. Untuk mencapai kecukupan gizi, susu formula juga ditambahkan vitamin dan mineral.

Susu formula yang berbahan dasar kedelai dibuat dengan menggunakan isolate protein dari kedelai. Kemudian di dalamnya ditambahkan minyak nabati untuk melengkapi kandungan lemaknya dan sirup jagung atau sukrosa untuk melengkapi kandungan karbohidratnya. Untuk mencapai kecukupan gizi, susu formula ini ditambahkan (difortifikasi) dengan zat besi. Selain itu, ditambahkan pula vitamin dan mineral. Bagi bayi yang mempunyai alergi terhadap susu sapi atau susu kedelai, susu formula yang tepat yaitu susu formula yang berbahan baku dari protein terhidrolisa. Susu formula ini terdiri dari kasein hidrolisa, sukrosa, dan tapioka sebagai sumber karbohidrat. Kemudian ditambahkan dengan zat lain sehingga komposisi gizinya mendekati komposisi gizi ASI.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Guo, M. (2014). Human Milk Biochemistry and Infant Formula Manufacturing Technology (dalam bahasa Inggris). Elsevier. hlm. 1–16. doi:10.1533/9780857099150.1. ISBN 978-1-84569-724-2. 
  2. ^ Nutrition, Center for Food Safety and Applied (2020-04-28). "Questions & Answers for Consumers Concerning Infant Formula". FDA (dalam bahasa Inggris). 
  3. ^ Institute of Medicine (U.S.), Committee on the Evaluation of the Addition of Ingredients New to Infant Formula Staff, (2004-06). Infant Formula : Evaluating the Safety of New Ingredients. Washington: National Academies Press. ISBN 978-0-309-09150-3. OCLC 697672604. 
  4. ^ Andrianto, Tuhana Taufiq (2008). Di Balik Ancaman E. sakazaki dalam Susu Formula: Susu Fermentasi untuk Kebugaran dan Pengobatan. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta.