Kristal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kinyang timah wurung.

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yaitu atom, molekul, atau ion yang penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.[1][2] Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama. Sementara, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.

Struktur kristal[sunting | sunting sumber]

Halit (garam dapur, NaCl): Mikroskopis dan makroskopis
Kristal halit (mikroskopis)
Struktur mikroskopis dari kristal halit. (Warna ungu menunjukkan ion natrium & hijau ion klorida). Terdapat simetri kubik dalam susunan atom.
Kristal halit (makroskopis)
Kristal halit makroskopis (~16cm). Sudut di sebelah kanan antara permukaan kristal dikarenakan simetri kubik pada susunan atom.

Struktur kristal yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada struktur kimia cairan itu sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai penghabluran.

Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas, tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan inilah, banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.

Hablur es

Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika, dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah penghabluran menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafit.

Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur dari kecacatan tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat materialnya.

Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika padat, dalam kehidupan sehari-hari, penyebutan "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal tergantung pada jenis ikatan molekul antaratom (untuk menentukan strukturnya) dan keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.

Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik periodik, serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik.

Sistem kristal[sunting | sunting sumber]

Galium, logam yang dengan mudah membentuk kristal tunggal berukuran besar

Kristal tunggal atau monokristalin, yaitu suatu padatan kristal yang mempunyai kisi kristal yang susunannya teratur secara sinambung dan kisi-kisi kristal yang membentuk bingkai tersebut tidak rusak atau tetap strukturnya.[3] Menurut Milligan (1979)[4], kristal tunggal adalah suatu padatan yang atom-atom dalam molekul-molekulnya diatur dalam keterulangan di mana sebagian padatan kristal tersusun dari jutaan kristal tunggal yang disebut grain.

Dalam proses pembentukan struktur kristal tersebut, dalam ilmu kristalografi dijelaskan dengan dua jalan yaitu hcp (hexagonal close-packed) di mana kristal terbentuk dengan urutan atom ABABAB dan seterusnya serta urutan pembentukan kristal lainnya adalah ccp (cubic close-packed) di mana urutan atom pembentuknya adalah ABCABC dan seterusnya.[5]

Dalam identifikasi kristal tunggal tidak akan lepas dengan kisi Bravais karena dengan mengetahui sistem kristal atau kisi Bravais dapat diidentifikasi jenis dari kristal tunggal tersebut. Kisi Bravais adalah sistem kristal atau bentuk dasar dari kisi kristal. Terdapat empat belas kisi Bravais dan untuk sistem kristalnya terdapat tujuh yang ditampilkan pada tabel di bawah. Keempatbelas kisi tersebut memiliki perbedaan dalam bentuk dan ukuran unit sel. Perbedaan tersebut dilambangkan dengan huruf a, b, c dan sudut di antara huruf tersebut dilambangkan dengan α, β, γ, di mana α adalah sudut di antara b dan c, β adalah sudut di antara a dan c, dan γ adalah sudut di antara a dan b.[5]

Ketika kristal halit tumbuh, atom baru dapat dengan mudah menempel pada bagian permukaan dengan struktur atom skala kasar dan banyak ikatan menjuntai. Oleh karena itu, bagian-bagian dari kristal tumbuh sangat cepat (panah berwarna kuning). Akhirnya, seluruh permukaan terdiri dari permukaan yang halus, stabil, di mana atom baru tidak dapat dengan mudah menempel.
Sistem kristal
No Sistem Kristal Sudut dan Panjang Sumbu
1 Kubik a = b = c; α = β = γ = 900
2 Tetragonal a = b ≠ c; α = β = γ = 900
3 Orthorombik a ≠ b ≠c; α = β = γ = 900
4 Trigonal a = b = c; α = β = γ ≠ 900
5 Heksagonal a = b ≠c; α = β = 900; γ = 1200
6 Monoklinik a ≠ b ≠c; α = γ = 90≠ β ≥ 1200
7 Triklinik a ≠ b ≠c; α ≠ β ≠ γ = 900

Kristal dapat terbentuk dari proses pengendapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan dan terbentuklah kristal. Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan tergantung pada dua faktor penting, yaitu laju pembentukan inti dan laju pertumbuhan kristal. Laju pembentukan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal yang akan terbentuk tetapi dengan ukuran yang kecil. Sedangkan jika laju pertumbuhan kristal tinggi, maka akan didapatkan kristal dengan ukuran yang tinggi.[6]

Penggolongan[sunting | sunting sumber]

Suatu kristal dapat digolongkan berdasarkan susunan partikelnya dan dapat pula berdasarkan jenis partikel penyusunnya atau interaksi yang menggabungkan partikel tersebut.

Jenis-jenis kristal
Logam Ionik Molekuler Kovalen
Li NaCl Ar C (intan)
Ca LiF Xe Si
Al AgCl Cl SiO2
Fe Zn CO2

Kristal logam[sunting | sunting sumber]

Satuan sel hematit.

Kristal dengan kisi yang terdiri atas atom logam yang terikat melalui ikatan logam. Atom logam merupakan atom yang memiliki energi ionisasi kecil sehingga elektron valensinya mudah lepas dan menyebabkan atom membentuk kation. Bila dua atom logam saling mendekat, maka akan terjadi tumpah tindih antara orbital-orbitalnya sehingga membentuk suatu orbital molekul. Semakin banyak atom logam yang saling berinteraksi, maka akan semakin banyak terjadi tumpang tindih orbital sehingga membentuk suatu orbital molekul baru. Terjadinya tumpang tindih orbital yang berulang-ulang menyebabkan elektron-elektron pada kulit terluar setiap atom dipengaruhi oleh atom lain sehingga dapat bergerak bebas di dalam kisi.

Salah satu sifat kristal logam adalah dapat ditempa. Sifat ini diperoleh dari ikatan logam yang membentuknya. Dalam ikatan logam, terjadi interaksi antara atom/ion dengan elektron bebas di sekitarnya sehingga dapat membuat logam mempertahankan strukturnya bila diberikan suatu gaya yang kuat.

Kristal ionik[sunting | sunting sumber]

Kristal ionik terbentuk karena adanya gaya tarik antara ion bermuatan positif dan negatif. Umumnya, kristal ionik memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang rendah. Contoh dari kristal ionik adalah NaCl. Kristal ionik tidak memiliki arah khusus seperti kristal kovalen sehingga pada kristal NaCl misalnya, ion natrium akan berinteraksi dengan semua ion klorida dengan intensitas interaksi yang beragam dan ion klorida akan berinteraksi dengan seluruh ion natriumnya.

Kristal kovalen[sunting | sunting sumber]

Atom-atom penyusun kristal kovalen secara berulang terikat melalui suatu ikatan kovalen membentuk suatu kristal dengan struktur yang mirip dengan polimer atau molekul raksasa. Contoh kristal kovalen adalah intan dan silikon dioksida (SiO2) atau kuarsa. Intan memiliki sifat kekerasan yang berasal dari terbentuknya ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3.

Kristal molekuler[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya, kristal terbentuk dari suatu jenis ikatan kimia antara atom atau ion. Namun, pada kasus kristal molekuler, kristal terbentuk tanpa bantuan ikatan, tetapi melalui interaksi lemah antara molekulnya. Salah satu contoh dari kristal molekuler adalah kristal iodin.

Kristalografi[sunting | sunting sumber]

Kristalografi adalah studi ilmiah mengenai struktur kristal (dengan kata lain, susunan atom) dari kristal. Salah satu teknik kristalografi yang banyak digunakan adalah difraksi sinar-X. Sejumlah besar struktur kristal yang telah diketahui disimpan dalam basis data kristalografi.

Galeri[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Stephen Lower. "Chem1 online textbook—States of matter". Diakses tanggal 2016-09-19. 
  2. ^ Ashcroft and Mermin (1976). Solid state physics. 
  3. ^ Liu, Z,; Stavrinadis, A. (2008). Growth of Bulk Single Crystal and its Application to SiC, Physics of Advanced Materials Winter School
  4. ^ Milligan (1979). McGraw-Hill Concise Encyclopedia of Science and Technology. 6 (edisi ke-2nd). New York: McGraw-Hill Publishing Co. 
  5. ^ a b Hammond, C. (2009). The Basics of Crystallography and Diffraction (edisi ke-3rd). New York. 
  6. ^ Vogel, Arthur I.; Svehla, G. (1979), Vogel's Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis (edisi ke-5th), London: Longman, ISBN 0-582-44367-9 

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]