KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gung Sunu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Gung Sunu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 134: Baris 134:


==Sejarah layanan Indonesia==
==Sejarah layanan Indonesia==
On 13 May 1989, Indonesia and the Netherlands signed an agreement for transfer of the last two ''Van Speijk''-class ships.<ref name="s09p354"/> The ship was transferred to Indonesia on 1 November 1989 and renamed as '''KRI ''Abdul Halim Perdanakusuma''''', assigned with pennant number 355.<ref name="s09p354"/>
Pada tanggal 13 Mei 1989, Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian penyerahan dua kapal terakhir kelas ''Van Speijk''.<ref name="s09p354"/> Kapal tersebut dipindahkan ke Indonesia pada 1 November 1989 dan berganti nama menjadi '''KRI ''Abdul Halim Perdanakusuma''''', ditugaskan dengan nomor lambung 355.<ref name="s09p354"/>


By 2002, the ships Seacat missiles were inoperable and it was reported that propulsion problems were badly effecting the availability of the ships of this class.<ref>{{harvnb|Saunders|2002|p=323}}</ref> The ship's Seacat launchers were therefore replaced by two Simbad twin launchers for [[Mistral (missile)|Mistral]] anti-aircraft missiles, and ''Abdul Halim Perdanakusuma'' was re-engined with {{convert|10.9|MW|shp}} [[Caterpillar Inc.|Caterpillar]] 3616 [[diesel engine]]s.<ref name="s09p354"/> As the Indonesian Navy retired Harpoon missile from its stockpiles, ''Abdul Halim Perdanakusuma'' was rearmed with Chinese [[C-802]] missiles.<ref>{{cite web|url=https://www.indomiliter.com/van-speijk-class-benteng-laut-nusantara-tiga-dasawarsa-flagship-armada-eskorta-tni-al/|title=Van Speijk Class: "Benteng Laut Nusantara" – Tiga Dasawarsa Flagship Armada Eskorta TNI AL|website=indomiliter.com|date=29 September 2014|access-date=18 August 2021|language=ID}}</ref>
Pada tahun 2002, rudal kapal Seacat tidak dapat dioperasikan dan dilaporkan bahwa masalah propulsi berdampak buruk pada ketersediaan kapal kelas ini.<ref>{{harvnb|Saunders|2002|p=323}}</ref> Oleh karena itu, peluncur Seacat kapal digantikan oleh dua peluncur kembar Simbad untuk rudal antipesawat [[Mistral (peluru kendali)|Mistral]], dan ''Abdul Halim Perdanakusuma'' diganti mesinnya dengan [[mesin diesel]] [[Caterpillar Inc.|Caterpillar]] 3616 berkekuatan 109 megawatt (146.000 shp).<ref name="s09p354"/> Saat Angkatan Laut Indonesia memensiunkan rudal Harpoon dari persediaannya, ''Abdul Halim Perdanakusuma'' dipersenjatai kembali dengan rudal [[C-802]] Cina.<ref>{{cite web|url=https://www.indomiliter.com/van-speijk-class-benteng-laut-nusantara-tiga-dasawarsa-flagship-armada-eskorta-tni-al/|title=Van Speijk Class: "Benteng Laut Nusantara" – Tiga Dasawarsa Flagship Armada Eskorta TNI AL|website=indomiliter.com|date=29 September 2014|access-date=18 August 2021|language=ID}}</ref>


In 2011, ''Abdul Halim Perdanakusuma'' along with {{KRI|Yos Sudarso|353|2}} and {{KRI|Banjarmasin|592|2}} were dispatched to Somalian waters as a task force responding to the [[MV Sinar Kudus hijacking|hijacking of cargo ship MV ''Sinar Kudus'' by Somali pirates]].<ref>{{cite news |title=Presiden Terima Satgas Pembebasan "Sinar Kudus" |url=https://www.antaranews.com/berita/259690/presiden-terima-satgas-pembebasan-sinar-kudus |access-date=29 November 2023 |work=Antara News |date=22 May 2011}}</ref>
Pada tahun 2011, ''Abdul Halim Perdanakusuma'' bersama ''[[KRI Yos Sudarso (353)|Yos Sudarso]]'' dan ''[[KRI Banjarmasin (592)|Banjarmasin]]'' diberangkatkan ke perairan Somalia sebagai satuan tugas tanggap [[Operasi pembebasan awak kapal MV Sinar Kudus|pembajakan kapal kargo MV Sinar Kudus oleh perompak Somalia]].<ref>{{cite news |title=Presiden Terima Satgas Pembebasan "Sinar Kudus" |url=https://www.antaranews.com/berita/259690/presiden-terima-satgas-pembebasan-sinar-kudus |access-date=29 November 2023 |work=Antara News |date=22 May 2011}}</ref>


''Abdul Halim Perdanakusuma'', along with {{KRI|Karel Satsuitubun|356|2}}, {{KRI|Raden Eddy Martadinata||2}}, {{KRI|I Gusti Ngurah Rai||2}}, {{KRI|Fatahillah|361|2}}, {{KRI|Malahayati|362|2}}, {{KRI|Sultan Hasanuddin||2}}, {{KRI|Sultan Iskandar Muda|367|2}}, {{KRI|Sultan Nuku|373|2}}, {{KRI|dr. Wahidin Sudirohusodo||2}}, {{KRI|Surabaya|591|2}}, {{KRI|Teluk Banten|516|2}}, {{KRI|Tarakan|905|2}} and {{KRI|Bima Suci||2}} were deployed in waters off [[Nusa Dua]], [[Bali]] to patrol the area during [[2022 G20 Bali summit]] on 15–16 November 2022.<ref>{{cite web |url=https://jatim.antaranews.com/berita/654793/tni-al-siagakan-14-kapal-perang-amankan-ktt-g20 |title=TNI AL siagakan 14 kapal perang amankan KTT G20 |website=Antaranews.com |date=14 November 2022 |access-date=25 December 2022|language=ID}}</ref>
''Abdul Halim Perdanakusuma'' bersama ''Karel Satsuitubun, [[KRI Raden Eddy Martadinata (331)|Raden Eddy Martadinata]], [[KRI I Gusti Ngurah Rai (332)|I Gusti Ngurah Rai]], [[KRI Fatahillah (361)|Fatahillah]], [[KRI Malahayati (362)|Malahayati]], [[KRI Sultan Hasanuddin (366)|Sultan Hasanuddin]], [[KRI Sultan Iskandar Muda (367)|Sultan Iskandar Muda]], [[KRI Sultan Nuku (373)|Sultan Nuku]], [[KRI dr. Wahidin Sudirohusodo (991)|dr. Wahidin Sudirohusodo]], [[KRI Surabaya (591)|Surabaya]], [[KRI Teluk Banten (516)|Teluk Banten]], [[KRI Tarakan (905)|Tarakan]]'' dan ''[[KRI Bima Suci|Bima Suci]]'' dikerahkan di perairan [[Nusa Dua]], [[Bali]] untuk berpatroli di kawasan tersebut selama [[KTT G20 Bali 2022]] pada 15–16 November 2022.<ref>{{cite web |url=https://jatim.antaranews.com/berita/654793/tni-al-siagakan-14-kapal-perang-amankan-ktt-g20 |title=TNI AL siagakan 14 kapal perang amankan KTT G20 |website=Antaranews.com |date=14 November 2022 |access-date=25 December 2022|language=ID}}</ref>


==Catatan==
==Catatan==

Revisi per 5 April 2024 05.10

KRI_Abdul_Halim_Perdanakusuma_(355)_underway_for_exercise_2019
KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355) dan KRI Sultan Iskandar Muda (367) (latar belakang) sedang melakukan latihan di Laut Jawa
Sejarah
Netherlands
Nama Evertsen
Asal nama Johan Evertsen
Pembangun KM de Schelde, Vlissingen
Pasang lunas 6 July 1965
Diluncurkan 8 June 1966
Mulai berlayar 21 December 1967
Dipensiunkan 1989
Identifikasi
Nasib Sold to the Indonesian Navy
Indonesia
Nama Abdul Halim Perdanakusuma
Asal nama Halim Perdanakusuma
Diperoleh 13 May 1989
Mulai berlayar 1 November 1989
Identifikasi Pennant number: 355
Status In active service
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis
Berat benaman 2,200 tons standard, 2,850 tons full load
Panjang 1.134 m (3.720 ft)
Lebar 125 m (410 ft)
Daya muat 58 m (190 ft)
Pendorong
Kecepatan
  • 285 kn (528 km/h; 328 mph)
  • With new diesels - estimated max. 24 kn (44 km/h; 28 mph)
  • Jangkauan 4.500 nmi (8.300 km; 5.200 mi) at 12 kn (22 km/h; 14 mph)
    Awak kapal 180
    Sensor dan
    sistem pemroses
    • Radar: LW-03, DA-02, M45, M44
    • Sonar: Types 170B, 162
    • Combat system: SEWACO V
    Senjata
  • as Abdul Halim Perdanakusuma
  • 1 × OTO Melara 76 mm gun
  • 4 × 12.7 mm DShK HMGs[1]
  • 2 × twin Simbad launcher for Mistral SAMs
  • 4 × C-802 SSM
  • 2 × 3 – Mk 32 anti submarine torpedo tubes
  • Pesawat yang
    diangkut
    one NBO-105C
    Fasilitas penerbangan Hangar

    KRI Abdul Halim Perdanakusuma (355) adalah fregat kelas Ahmad Yani yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Indonesia. Sebelum bertugas di Angkatan Laut Indonesia, ia bertugas di Angkatan Laut Kerajaan Belanda sebagai fregat kelas Van Speijk HNLMS Evertsen (F815).

    Desain dan konstruksi

    Pada awal tahun 1960-an, Angkatan Laut Kerajaan Belanda memiliki kebutuhan mendesak untuk mengganti fregat kelas Van Amstels, kapal pengawal bekas Amerika yang sudah usang dan dibangun selama Perang Dunia Kedua. Untuk memenuhi persyaratan ini, mereka memilih untuk membangun versi modifikasi dari fregat Inggris kelas Leander sebagai kelas Van Speijk, dengan menggunakan persenjataan yang sama dengan desain aslinya, namun jika memungkinkan, menggantikan elektronik dan radar Belanda.[2]

    Van Speijk memiliki panjang keseluruhan 1.134 m (3.720 ft) dan jarak tegak lurus 1.097 m (3.599 ft), dengan lebar 125 m (410 ft) dan draft 58 m (190 ft). Perpindahan yang dihasilkan adalah 2.200 ton panjang (2.200 t) standar dan 2.850 ton panjang (2.900 t) beban penuh.[3] Dua boiler Babcock & Wilcox memasok uap ke dua set turbin uap beroda reduksi ganda Werkspoor-English Electric dengan daya 30.000 shp (22.000 kW) dan menggerakkan dua poros baling-baling.[3][4] Ini menghasilkan kecepatan 285 kn (328 mph; 528 km/h).[3]

    Dudukan senjata Mark 6 kembar 4.5 inci (113 mm) dipasang di depan. Pertahanan anti-pesawat disediakan oleh dua peluncur rudal permukaan-ke-udara Sea Cat empat kali lipat di atap hanggar. Mortir anti-kapal selam Limbo dipasang di buritan untuk memberikan kemampuan anti-kapal selam jarak pendek, sementara hanggar dan dek helikopter memungkinkan satu helikopter Westland Wasp dioperasikan, untuk operasi anti-kapal selam dan anti-permukaan jarak jauh.[3][4]

    Saat dibangun, Evertsen dilengkapi dengan radar pencarian udara jarak jauh Signaal LW-03 di tiang utama kapal, dengan radar pengawasan udara/permukaan jarak menengah DA02 yang dipasang di tiang depan kapal. Radar kendali tembakan M44 dan M45 disediakan masing-masing untuk rudal Seacat dan senjata kapal.[3][5] Kapal tersebut memiliki rangkaian sonar sonar serangan Tipe 170B dan sonar pencarian bawah Tipe 162.[3] Kapal tersebut memiliki awak sebanyak 251 orang.[3]

    Modifikasi

    Evertsen yang dimodernisasi pada tahun 1980an.

    Keenam Van Speijk dimodernisasi pada tahun 1970an, menggunakan banyak sistem yang digunakan oleh fregat kelas Kortenaer yang baru.[3] Meriam 4,5 inci diganti dengan satu OTO Melara 76 mm dan peluncur hingga delapan rudal anti-kapal Harpoon dipasang (meskipun biasanya hanya dua yang dibawa). Hanggar dan dek penerbangan diperbesar, sehingga helikopter Westland Lynx dapat diangkut, sementara mortir Limbo dilepas, dengan sepasang peluncur torpedo triple Mk 32 menyediakan persenjataan anti-kapal selam jarak dekat. Radar Signaal DA03 menggantikan radar DA02 dan sonar American EDO Corporation CWE-610 menggantikan sonar asli Inggris.[3][6] Tjerk Hiddes dimodernisasi di galangan kapal angkatan laut Den Helder antara 13 atau 18 Juli 1979 dan 26 November 1982.[7][6] Evertsen dan Isaac Sweers juga menerima sistem sonar derek AN/SQR-18A.[6][3] Sistem tersebut dihapus ketika kapal-kapal itu dijual ke Indonesia.[1]

    Sejarah layanan Belanda

    Pemesanan empat unit kelas Van Speijk dilakukan pada tahun 1962, dan dua lagi, termasuk Evertsen, dipesan pada tahun 1964.[3] Kapal tersebut dibangun di KM de Schelde di Vlissingen. Peletakan lunas dilakukan pada tanggal 6 Juli 1965 dan peluncuran pada tanggal 8 Juni 1966. Kapal mulai beroperasi pada tanggal 21 Desember 1967 dengan nomor lambung F815[4][8]

    Pada tahun 1969 ia menghadiri peninjauan angkatan laut di Spithead bersama dengan kapal perusak Zeeland, Holland dan Noord-Brabant, kapal penjelajah De Ruyter dan fregat Van Nes.[9]

    Kapal tersebut menerima modernisasi paruh baya di Den Helder, dimulai pada 13 atau 18[8] Juli 1979 dan berlangsung hingga 26 November 1982. Penyelesaian modernisasi tertunda sekitar delapan bulan dari rencana karena kurangnya tenaga kerja sipil di galangan kapal angkatan laut.[7]

    Evertsen dinonaktifkan pada tahun 1989 dan bersama Isaac Sweers dijual ke Indonesia. Dia dipindahkan ke Angkatan Laut Indonesia pada 1 November 1989.[1]

    Sejarah layanan Indonesia

    Pada tanggal 13 Mei 1989, Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian penyerahan dua kapal terakhir kelas Van Speijk.[1] Kapal tersebut dipindahkan ke Indonesia pada 1 November 1989 dan berganti nama menjadi KRI Abdul Halim Perdanakusuma, ditugaskan dengan nomor lambung 355.[1]

    Pada tahun 2002, rudal kapal Seacat tidak dapat dioperasikan dan dilaporkan bahwa masalah propulsi berdampak buruk pada ketersediaan kapal kelas ini.[10] Oleh karena itu, peluncur Seacat kapal digantikan oleh dua peluncur kembar Simbad untuk rudal antipesawat Mistral, dan Abdul Halim Perdanakusuma diganti mesinnya dengan mesin diesel Caterpillar 3616 berkekuatan 109 megawatt (146.000 shp).[1] Saat Angkatan Laut Indonesia memensiunkan rudal Harpoon dari persediaannya, Abdul Halim Perdanakusuma dipersenjatai kembali dengan rudal C-802 Cina.[11]

    Pada tahun 2011, Abdul Halim Perdanakusuma bersama Yos Sudarso dan Banjarmasin diberangkatkan ke perairan Somalia sebagai satuan tugas tanggap pembajakan kapal kargo MV Sinar Kudus oleh perompak Somalia.[12]

    Abdul Halim Perdanakusuma bersama Karel Satsuitubun, Raden Eddy Martadinata, I Gusti Ngurah Rai, Fatahillah, Malahayati, Sultan Hasanuddin, Sultan Iskandar Muda, Sultan Nuku, dr. Wahidin Sudirohusodo, Surabaya, Teluk Banten, Tarakan dan Bima Suci dikerahkan di perairan Nusa Dua, Bali untuk berpatroli di kawasan tersebut selama KTT G20 Bali 2022 pada 15–16 November 2022.[13]

    Catatan

    1. ^ a b c d e f Saunders 2009, hlm. 354
    2. ^ Gardiner & Chumbley 1995, hlm. 269, 275
    3. ^ a b c d e f g h i j k Gardiner & Chumbley 1995, hlm. 275
    4. ^ a b c Blackman 1971, hlm. 234
    5. ^ Moore 1979, hlm. 357
    6. ^ a b c Couhat & Baker 1986, hlm. 387
    7. ^ a b Moore 1984, hlm. 346
    8. ^ a b Couhat & Baker 1986, hlm. 386
    9. ^ Jordan 2016, hlm. 184.
    10. ^ Saunders 2002, hlm. 323
    11. ^ "Van Speijk Class: "Benteng Laut Nusantara" – Tiga Dasawarsa Flagship Armada Eskorta TNI AL". indomiliter.com. 29 September 2014. Diakses tanggal 18 August 2021. 
    12. ^ "Presiden Terima Satgas Pembebasan "Sinar Kudus"". Antara News. 22 May 2011. Diakses tanggal 29 November 2023. 
    13. ^ "TNI AL siagakan 14 kapal perang amankan KTT G20". Antaranews.com. 14 November 2022. Diakses tanggal 25 December 2022. 

    Biografi

    • Blackman, Raymond V. B., ed. (1971). Jane's Fighting Ships 1971–72. London: Sampson Low Marston & Co., Ltd. ISBN 0-354-00096-9. 
    • Couhat, Jean Labayle; Baker, A. D., ed. (1986). Combat Fleets of the World 1986/87. Annapolis, Maryland, USA: Naval Institute Press. ISBN 0-85368-860-5. 
    • Gardiner, Robert; Chumbley, Stephen, ed. (1995). Conway's All The World's Fighting Ships 1947–1995. Annapolis, Maryland, USA: Naval Institute Press. ISBN 1-55750-132-7. 
    • Moore, John, ed. (1979). Jane's Fighting Ships 1979–1980. London: Jane's Yearbooks. ISBN 0-354-00587-1. 
    • Moore, John, ed. (1984). Jane's Fighting Ships 1984-85. London: Jane's Yearbooks. ISBN 978-0710607959. 
    • Prézelin, Bernard; Baker, A. D. III, ed. (1990). The Naval Institute Guide to Combat Fleets of the World 1990/1991. Annapolis, Maryland, USA: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-250-8. 
    • Saunders, Stephen, ed. (2002). Jane's Fighting Ships 2002–2003. Coulsdon, Surrey, UK: Jane's Information Group. ISBN 0-7106-24328. 
    • Saunders, Stephan, ed. (2009). Jane's Fighting Ships 2009-2010. Jane's Information Group. ISBN 978-0-7106-2888-6. 
    • Jordan, John (2016). Warship 2016 (dalam bahasa English). London: Conway. ISBN 978-1844863266.