Ikatan protein plasma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ikatan protein plasma merujuk pada sejauh mana sebuah obat terikat pada protein di dalam darah. Semakin sedikit ikatan suatu obat, semakin efisien obat tersebut dapat melintasi membran sel atau berdifusi. Protein di dalam darah yang mengikat obat antara lain albumin serum, lipoprotein, glikoprotein, dan globulin alfa, beta, serta gamma.

Ikatan[sunting | sunting sumber]

Obat dalam darah ada dalam dua bentuk: terikat dan tidak terikat. Hal ini bergantung pada afinitas obat pada protein plasma, sebagian obat dapat terikat pada protein plasma, dan sisanya tidak terikat. Jika protein yang mengikat obat tersebut terikat secara reversibel, maka akan terdapat kesetimbangan kimia di antara keduanya, seperti:

Protein + obat ⇌ Kompleks protein-obat

Terutama, fraksi yang tidak terikat dari suatu obat inilah yang menimbulkan efek farmakologis. Fraksi yang tidak terikat ini pula merupakan fraksi yang dapat dimetabolisme dan/atau diekskresikan. Misalnya, "fraksi terikat" dari obat antikoagulan, warfarin, adalah 97%. Ini berarti bahwa sejumlah 97% warfarin dalam darah terikat pada protein plasma. Sisanya 3% (fraksi yang tidak terikat) adalah sebagian kecil yang benar-benar aktif dan dapat diekskresikan.

Ikatan protein dapat mempengaruhi waktu paruh biologis obat di dalam tubuh. Bagian yang terikat dapat bertindak sebagai reservoir atau depot yang kemudian dari sana obat perlahan-lahan dilepaskan sebagai bentuk yang tidak terikat. Karena bentuk yang tidak terikat akan dimetabolisme dan/atau diekskresikan dari tubuh, fraksi yang terikat juga akan dilepaskan untuk menjaga kesetimbangan.

Karena albumin bersifat alkalotik, obat yang bersifat asam dan netral terutama akan berikatan dengan albumin. Jika albumin menjadi jenuh, maka obat ini akan terikat pada lipoprotein. Obat dasar akan berikatan dengan glikoprotein yang bersifat asam, yakni Orosomukoid atau alpha-1-asam glikoprotein (AAG). Hal ini penting karena berbagai kondisi medis dapat mempengaruhi kadar albumin, alpha-1-asam glikoprotein dan lipoprotein.

Dampak perubahan ikatan protein[sunting | sunting sumber]

Hanya fraksi obat yang tidak terikat yang mengalami metabolisme di hati dan jaringan lain. Perubahan kadar bebas obat kemudian mengubah volume distribusi karena obat bebas dapat terdistribusi ke jaringan yang kemudian menyebabkan penurunan profil konsentrasi plasma. Untuk obat-obatan yang secara cepat mengalami metabolisme, pembersihannya tergantung pada aliran darah di hati. Untuk obat yang mengalami metabolisme secara perlahan, perubahan dalam fraksi obat yang tidak terikat dapat secara langsung mengubah pembersihan dari obat.

Catatan: Metode yang paling umum digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi obat dalam plasma mengukur pula fraksi yang terikat serta tidak terikat dari obat.

Fraksi tidak terikat dapat diubah oleh sejumlah variabel, seperti konsentrasi obat dalam tubuh, jumlah dan kualitas protein plasma, dan obat lain yang mengikat protein plasma. Semakin tinggi konsentrasi obat, semakin inggi pula fraksi yang tidak terikat, karena protein plasma akan mengalami kejenuhan dengan obat, dan obat yang berlebihan menjadi tidak terikat. Jika jumlah protein plasma menurun (seperti dalam katabolisme, malnutrisi, penyakit hati, penyakit ginjal), fraksi yang tidak terikat juga menjadi lebih tinggi. Selain itu, kualitas protein plasma dapat mempengaruhi seberapa banyak situs obat yang terikat yang ada pada protein.

Interaksi obat[sunting | sunting sumber]

Penggunaan obat-obatan pada saat yang sama dapat mempengaruhi masing-masing fraksi obat yang tidak terikat. Sebagai contoh, asumsikan bahwa Obat A dan Obat B adalah obat-obatan yang terikat dengan protein. Jika Obat A diberikan, Ia akan mengikat protein plasma dalam darah. Jika Obat B juga diberikan, Ia dapat menggantikan Obat A dari protein, sehingga meningkatkan fraksi yang tidak terikat dari Obat A. Hal ini dapat meningkatkan efek dari Obat A, karena hanya fraksi yang tidak terikat yang dapat menunjukkan efeknya.

Sebelum pemindahan Setelah pemindahan % peningkatan fraksi tidak terikat
Obat A
  % terikat 95 90
  % tidak terikat 5 10 +100
Obat B
  % terikat 50 45
  % tidak terikat 50 55 +10

Perhatikan bahwa untuk Obat A, % peningkatan fraksi tidak terikat adalah 100% – oleh karena itu, efek farmakologis Obat A dapat berpotensi ganda (tergantung pada apakah gratis molekul mendapatkan target mereka sebelum mereka dieliminasi oleh metabolisme atau ekskresi). Perubahan efek farmakologis ini dapat memiliki konsekuensi yang merugikan.

Efek dari ikatan protein ini sangat terlihat pada obat-obatan yang memiliki ikatan protein yang tinggi (>95%) dan memiliki indeks terapeutik yang rendah, seperti warfarin. Rendahnya indeks terapeutik ini menunjukkan adanya risiko tinggi keracunan saat menggunakan obat tersebut. Karena warfarin adalah antikoagulan dengan indeks terapeutik yang rendah, warfarin dapat menyebabkan perdarahan jika efek farmakologisnya tidak dijaga. Jika pasien pengguna warfarin menggunakan obat lain yang menggantikan ikatan warfarin dari protein plasma, seperti antibiotik sulfonamide, maka hal ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko perdarahan.

Software Prediksi Ikatan Protein Plasma[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. Shargel, Leon (2005). Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics. New York: McGraw-Hill, Medical Pub. Division. ISBN 0-07-137550-3. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]