Hofni dan Pinehas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kedursilaan anak-anak lelaki Eli, lukisan William de Brailes.

Hofni (bahasa Ibrani: חָפְנִי, Modern Hofni Tiberias Ḥop̄nî; Inggris: Hophni) dan Pinehas (bahasa Ibrani: פִּינְחָס, Modern Pinehas Tiberias Pînəħās; Inggris: Phinehas atau Phineas) adalah dua anak-anak lelaki imam Eli yang disebut dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Kitab 1 Samuel mencatat bahwa mereka bertugas sebagai imam-imam di Kemah Pertemuan yang saat itu berada di kota Silo pada zaman Hana dan masa muda Samuel.

Kejahatan Hofni dan Pinehas[sunting | sunting sumber]

Menurut catatan Alkitab, Hofni dan Pinehas, anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila (Inggris: sons of Belial); mereka tidak mengindahkan TUHAN, ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo. Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: "Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima daripadamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja." Apabila orang itu menjawabnya: "Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu," maka berkatalah ia kepada orang itu: "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan." Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN.[1] Demikianlah yang dilakukan anak-anak Eli terhadap semua orang Israel dan juga mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.[2]

Tindakan Eli[sunting | sunting sumber]

Eli, ayah Hofni dan Pinehas, telah sangat tua. Apabila didengarnya segala kedursilaan yang dilakukan anak-anaknya, berkatalah ia kepada mereka: "Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka.[3]

Tindakan Allah[sunting | sunting sumber]

Paling sedikit tercatat di Alkitab dua kali Allah memperingatkan Eli akan kegagalannya mendidik anak-anaknya:

  1. Seorang abdi Allah datang kepada Eli dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Bukankah dengan nyata Aku menyatakan diri-Ku kepada nenek moyangmu, ketika mereka masih di Mesir dan takluk kepada keturunan Firaun? Dan Aku telah memilihnya dari segala suku Israel menjadi imam bagi-Ku, supaya ia mempersembahkan korban di atas mezbah-Ku, membakar ukupan dan memakai baju efod di hadapan-Ku; kepada kaummu telah Kuserahkan segala korban api-apian orang Israel. Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih daripada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel? Sebab itu--demikianlah firman TUHAN, Allah Israel--sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapan-Ku selamanya, tetapi sekarang--demikianlah firman TUHAN--:Jauhlah hal itu daripada-Ku! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku akan mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada seorang kakek dalam keluargamu. Maka engkau akan memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya. Tetapi seorang daripadamu yang tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbah-Ku akan membuat matamu rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh pedang lawan. Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama keduanya akan mati."[4]
  2. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga setiap orang yang mendengarnya, akan bising d kedua telinganya. Pada waktu itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. Sebab telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka! Sebab itu Aku telah bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk selamanya." Samuel tidur sampai pagi; kemudian dibukanya pintu rumah TUHAN. Samuel segan memberitahukan penglihatan itu kepada Eli. Tetapi Eli memanggil Samuel, katanya: "Samuel, anakku." Jawab Samuel: "Ya, bapa." Kata Eli: "Apakah yang disampaikan-Nya kepadamu? Janganlah kausembunyikan kepadaku. Kiranya beginilah Allah menghukum engkau, bahkan lebih lagi daripada itu, jika engkau menyembunyikan sepatah katapun kepadaku dari apa yang disampaikan-Nya kepadamu itu." Lalu Samuel memberitahukan semuanya itu kepadanya dengan tidak menyembunyikan sesuatupun. Kemudian Eli berkata: "Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik."[5]

Kematian[sunting | sunting sumber]

Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek. Terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira 4000 orang di medan pertempuran itu. Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: "Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita." Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo, lalu mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian TUHAN semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub; kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu. Segera sesudah tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar. Dan orang Filistin yang mendengar bunyi sorak itu berkata: "Apakah bunyi sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?" Ketika diketahui mereka, bahwa tabut TUHAN telah sampai ke perkemahan itu, ketakutanlah orang Filistin, sebab kata mereka: "Allah mereka telah datang ke perkemahan itu," dan mereka berkata: "Celakalah kita, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu. Celakalah kita! Siapakah yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun. Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki, hai orang Filistin, supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!" Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur 30000 orang pasukan berjalan kaki. Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.[6]

Eli sudah sembilan puluh delapan tahun umurnya dan matanya sudah bular, sehingga ia tidak dapat melihat lagi. Ketika datang seorang dari medan pertempuran, Eli bertanya: "Bagaimana keadaannya, anakku?" Jawab pembawa kabar itu: "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas." Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.[7]

Tradisi Yahudi[sunting | sunting sumber]

  • Menurut sejarawan Yahudi-Romawi pada abad pertama, Flavius Yosefus, Pinehas menjabat sebagai Imam Besar, karena Eli mengundurkan diri dari jabatan itu berhubung usianya yang lanjut.[8]
  • Dalam Talmud, sejumlah komentator menggugat bahwa Pinehas tidak bersalah atas kejahatan yang dituduhkan kepadanya, dan hanya Hofni yang melakukannya, meskipun Jonathan ben Uzziel menyatakan bahwa tidak seorangpun dari keduanya itu jahat, dan bagian Alkitab ini, yang menimpakan kesalahan pada mereka, seharusnya ditafsirkan sebagai kiasan.

Keturunan[sunting | sunting sumber]

  • Adapun istri Pinehas, menantu perempuan Eli, sudah hamil tua. Ketika didengarnya kabar itu, bahwa tabut Allah telah dirampas dan mertuanya laki-laki serta suaminya telah mati, duduklah ia berlutut, lalu bersalin, sebab ia kedatangan sakit beranak. Ketika ia hampir mati, berkatalah perempuan-perempuan yang berdiri di dekatnya: "Janganlah takut, sebab engkau telah melahirkan seorang anak laki-laki." Tetapi ia tidak menjawab dan tidak memperhatikannya. Ia menamai anak itu Ikabod (Inggris: Ichabod), katanya: "Telah lenyap kemuliaan dari Israel"—karena tabut Allah sudah dirampas dan karena mertuanya dan suaminya. Katanya: "Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas."[9]
  • Menurut bagian lain dari Kitab 1 Samuel, Ikabod mempunyai saudara laki-laki, Ahitub. Karena dipakai istilah "saudara laki-laki Ikabod" dan bukan "putra Pinehas", maka sejumlah pakar berpendapat bahwa Ikabod, meskipun hanya disinggung sedikit di Alkitab, sebenarnya adalah tokoh penting pada zamannya.[10]
  • Ahimelekh bin Ahitub bin Pinehas bin Eli, menjadi imam di kota Nob. Ia beserta keluarganya, dibunuh oleh Doeg, orang Edom, atas suruhan raja Saul, karena dituduh membantu Daud yang diburu untuk dibunuh oleh Saul. Hanya satu anaknya, Abyatar, yang berhasil lolos.[11] Ini merupakan penggenapan nubuat atas keturunan Eli.[12]
  • Abyatar bin Ahimelekh, selamat dari pembantaian keluarganya di kota Nob, berpihak kepada Daud. Ketika Daud menjadi raja, ia diangkat menjadi Imam Besar.[13] dan penasehat raja.[14] Namun waktu Daud sudah tua, ia berpihak kepada Adonia, anak Daud, tidak kepada Salomo, yang kemudian menjadi raja menggantikan Daud. Akibatnya, jabatan Imam Besarnya dicopot, diberikan kepada imam Zadok dari keturunan Eleazar bin Harun dan Abyatar sendiri dibuang ke Anatot.[15] Ini juga merupakan penggenapan nubuat atas keturunan Eli.[16]

Referensi[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]